(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo berkunjung ke Bahrain dalam agenda tur-nya di Timur Tengah, Rabu (26/8/2020). Bertemu dengan para pemimpin Bahrain, Pompeo membahas stabilitas regional dan persatuan Teluk.
Pertemuan itu juga menjadi bagian dari tur Timur Tengah setelah kesepakatan antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menormalisasi hubungan.
Saat tiba pada Selasa malam, Pompeo menyatakan pentingnya untuk memanfaatkan momentum kesepakatan yang dimediasi AS dan diumumkan pada 13 Agustus itu.
Israel dan AS menyatakan mereka mendorong lebih banyak negara Arab yang mengikuti langkah UEA itu. Menteri intelijen Israel telah menyebut Bahrain sebagai calon negara selanjutnya yang akan membuat kesepakatan dengan rezim zionis itu.
Putra Mahkota Bahrain, Salman Bin Hamad Al Khalifa menyambut upaya AS dalam kesepakatan Israel dan UEA itu. “Penting meningkatkan upaya untuk mewujudkan solusi yang menjadikan perdamaian sebagai pilihan strategis untuk mengakhiri konflik Palestina dan Israel,” ungkap Salman seperti dikutip di kantor berita BNA.
Pompeo juga bertemu raja Bahrain, menteri luar negeri dan putra raja Pangeran Nasser bin Hamad Al Khalifa yang ditunjuk sebagai Penasehat Keamanan Nasional pada Oktober lalu.
Raja Bahrain dan Pompeo juga membahas perkembangan hubungan bilateral. Raja Bahrain menekankan pentingnya upaya intensif menyelesaikan konflik Israel dan Palestina.
Bahrain menyambut kesepakatan UEA dan Israel segera setelah diumumkan dan menyebutnya memperkuat peluang perdamaian.
“Kami membahas pentingnya membangun perdamaian dan stabilitas regional, termasuk pentingnya persatuan Teluk dan melawan pengaruh jahat Iran di kawasan,” tulis Pompeo di Twitter-nya setelah bertemu putra mahkota.
Sebelum ke Bahrain, Pompeo mengunjungi Yerusalem dan Sudan. Setelah dari Bahrain, ia melanjutkan perjalanan ke UEA.
Di UEA, Pompeo membahas konflik Libya dan cara melawan pengaruh Iran dengan Menlu UEA Syaikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan.
“Pompeo dan Menlu UEA Syaikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan berbicara tentang dukungan untuk de-eskalasi dan gencatan senjata terakhir di Libya, persatuan Teluk, dan melawan pengaruh Iran di kawasan,” ungkap pernyataan Departemen Luar Negeri (Deplu) AS.
AS, UEA, dan Israel menganggap Iran sebagai ancaman utama di Timur Tengah. Meski demikian, tujuan UEA menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tidak ditujukan pada Iran. [wip]