(IslamToday ID) – Gabungnya kekuatan militer Turki dengan Rusia di perairan Mediterania Timur tak sedikit pun membuat gentar pasukan militer Yunani.
Pemerintahan Yunani menegaskan tidak akan pernah berdialog dengan Turki seperti apa yang diusulkan NATO untuk mengurangi ketegangan di Laut Mediterania Timur. Sekali pun Turki dan Rusia melakukan aktivitas militernya di Mediterania Timur.
Hal itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Yunani menyikapi informasi yang disampaikan oleh NATO tentang rencana pembicaraan teknis untuk menurunkan ketegangan militer antara Athena dan Ankara di Mediterania Timur.
Dikutip dari Al-Masdar News, penolakan Yunani itu datang selang beberapa jam setelah Sekjen NATO Jens Stoltenberg menyampaikan bahwa Yunani dan Turki akan mengadakan pertemuan untuk menyelesaikan krisis yang terjadi di Laut Mediterania Timur dalam waktu dekat ini.
Stoltenberg mengatakan pertemuan akan dilakukan di markas NATO agar tidak terjadi konfrontasi militer di wilayah perairan zona ekonomi eksklusif Siprus dan sejumlah negara-negara Uni Eropa lainnya.
Sebagaimana diketahui, Stoltenberg sebelumnya juga menyampaikan bahwa dirinya sudah melakukan pembicaraan dengan pemimpin Yunani dan Turki sebagai sekutu NATO. Keduanya sepakat untuk melakukan pembicaraan teknis untuk mencegah konflik militer dan mengurangi kemungkinan kecelakaan di Mediterania timur.
“Turki dan Yunani adalah sekutu yang berharga, dan NATO adalah platform penting untuk konsultasi tentang semua masalah yang mempengaruhi keamanan kita bersama,” katanya, Minggu (5/9/2020).
Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan pihaknya sangat memahami apa yang dimaksud dengan Sekjen NATO tersebut. Sekjen NATO telah bekerja untuk menurunkan eskalasi di Mediterania Timur.
Tapi, Yunani telah memutuskan bahwa de-eskalasi hanya akan terjadi apabila Turki menghentikan aktivitas penelitian eksplorasi sumber energi minyak dan gas, dan menarik mundur semua kapal-kapalnya dari Mediterania Timur.
“De-eskalasi hanya akan terjadi dengan penarikan segera semua kapal-kapal Turki dari landas kontinen Yunani,” tegasnya.
Sementara, dikutip dari Ekathimerini.com, Kementerian Luar Negeri Turki juga sempat angkat bicara terkait dengan usulan dialog yang dilontarkan oleh Stoltenberg itu.
Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan, pihaknya akan siap berdialog dengan Yunani asalkan tanpa pra syarat apapun demi menemukan solusi yang didasari dengan prinsip keadilan.
“Pertemuan-pertemuan yang fokus pada de-konflik ini memang terkait dengan pengaturan yang telah dibahas sebelumnya pada level bilateral antara otoritas militer kedua negara. Mereka tidak terkait dengan masalah bilateral yang belum menjawab antara Turki dan Yunani,” kata Kementerian Luar Negeri Turki.
Dengan demikian dapat dipastikan perang antara koalisi Turki-Rusia dan Yunani-Perancis akan pecah dalam waktu dekat ini. Karena hingga saat ini kedua kubu masih bersikeras dengan keinginannya dan mereka memilih untuk menyelesaikan sengketa dengan cara pengerahan kekuatan militer di Laut Mediterania. [wip]