(IslamToday ID) – Pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar melancarkan serangan dengan sasaran pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) di Sirte, Libya pada hari Sabtu (5/9/2020). Serangan Singa LNA itu dilancarkan justru di tengah situasi gencatan senjata yang diberlakukan pemerintah GNA.
Dalam laporan yang dikutip dari Libya Observer, kelompok pemberontak Singa LNA menembakkan 10 roket Grad ke arah pasukan GNA di Sirte.
Kabar itu dikonfirmasi langsung oleh Juru bicara Ruang Operasi Sirte-Jufra GNA Libya, Abdelhadi Drah. Dikatakan Drah, pasukan GNA memang sudah mengamati pergerakan pasukan Singa LNA sejak tengah pekan lalu. Tak hanya tentara, LNA juga memobilisasi kendaraan perang ke Sirte.
Sementara itu, juru bicara Angkatan Darat Libya, Kolonel Mohammed Gununu mengungkap bahwa tentara bayaran yang dikerahkan Rusia untuk mendukung Haftar masih ada.
Dalam keterangannya, Gununu menyebut konvoi pasukan Singa LNA dan tentara bayaran Rusia bergerak dari Ajdabiya ke Brega, untuk kemudian menuju Sirte atau Ras Lanuf. Bersama sejumlah personel, kendaraan rudal sistem pertahanan udara Pantsir S-1 juga masuk dalam pengamatan militer GNA Libya.
Pada 22 Agustus 2020 lalu, Perdana Menteri GNA Libya, Fayez al-Sarraj sudah menyatakan melakukan gencatan senjata di seluruh wilayah Libya. Al-Sarraj memutuskan untuk melakukan gencatan senjata agar pasukan asing yang ada di Libya bisa segera pergi.
Selain itu, yang utama mendesak kedaulatan penuh GNA di seluruh wilayah Libya dan disegerakannya pemilu parlemen dan pemilu presiden Libya.
Pernyataan Gununu terkait masih adanya tentara bayaran Rusia yang mendukung Singa LNA, justru keluar setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin sepakat berdamai. Bahkan, pengumuman damai antara Turki dan Rusia di Libya dikabarkan langsung dan resmi oleh Kementerian Luar Negeri Rusia. [wip]