(IslamToday ID) – Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa menyatakan langkah Bahrain membangun hubungan dengan Israel tidak diarahkan untuk melawan entitas atau kekuatan lain, tapi bertujuan untuk membawa perdamaian komprehensif di Timur Tengah.
Raja Hamad menegaskan kembali dukungan Bahrain pada rakyat Palestina dan inisiatif damai Arab yang disusun pada 2002. Isi dari inisiatif itu adalah hubungan normalisasi Israel dengan imbalan kesepakatan berdirinya negara Palestina dan mundurnya Israel dari wilayah yang dikuasai pada perang Timur Tengah 1967.
Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) jadi negara Arab pertama dalam seperempat abad yang menormalisasi hubungan dengan Israel, tapi tanpa resolusi konflik Israel dengan Palestina. Ketiganya menjalin aliansi melawan Iran.
Kesepakatan itu menyebut hubungan diplomatik penuh, tapi menghindari istilah normalisasi. “Toleransi dan eksistensi bersama menentukan identitas rakyat Bahrain sesungguhnya. Langkah kami menuju perdamaian dan kesejahteraan tidak diarahkan melawan entitas atau kekuatan lain, namun itu kepentingan siapa saja dan bertujuan untuk tetangga yang baik,” ujar Raja Hamad seperti dikutip di BNA, Selasa (22/9/2020).
Protes jalanan pecah di Bahrain sejak negara itu menandatangani kesepakatan dengan Israel awal bulan ini.
Bahrain menjadi satu-satunya negara Teluk Arab yang mengalami unjuk rasa pro-demokrasi pada 2011. Aksi unjuk rasa itu berhasil diredam dengan bantuan Arab Saudi dan UEA. Bahrain menuduh Iran mendukung gerakan unjuk rasa itu. Namun tuduhan itu disangkal Iran. [wip]