(IslamToday ID) – Pasukan Armenia dan Azerbaijan saling mengerahkan artileri berat pada hari Selasa (29/9/2020) atau hari ketiga pertempuran yang pecah di wilayah Nagorno-Karabakh. Konflik tersebut dimulai sejak hari Ahad lalu dan telah menewaskan hampir 100 orang.
Nagorno-Karabakh yang dikendalikan etnis Armenia telah memerdekakan diri dari Azerbaijan tahun 1990-an atau setelah bubarnya Uni Soviet. Namun, pihak Baku menganggap wilayah yang jadi sekutu Armenia itu masih bagian dari Azerbaijan.
Seperti dikutip di Reuters, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukan musuh berusaha untuk mendapatkan kembali kontrol tanah yang hilang dengan meluncurkan serangan balik ke arah Fizuli, Jabrayil, Agdere, dan Terter.
Kementerian tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pada pagi hari tadi terjadi pertempuran di sekitar Kota Fizuli dan tentara Armenia menembaki wilayah Dashkesan di perbatasan antara kedua negara, yang berjarak beberapa mil dari Nagorno-Karabakh.
Armenia membantah pernyataan tersebut, tetapi mengkonfirmasi pertempuran sepanjang malam dan mengatakan bahwa tentara Nagorno-Karabakh menangkis serangan ke beberapa arah di sepanjang garis kontak.
Bentrokan antara pasukan Armenia dan Azerbaijan atas perebutan wilayah Nagorno-Karabakh, yang terbesar sejak 2016, telah menghidupkan kembali kekhawatiran atas stabilitas di wilayah Kaukasus Selatan, koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia.
Kedua belah pihak saling menuduh menggunakan artileri berat dalam bentrokan awal pekan ini, di mana puluhan orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Azerbaijan pada hari Ahad melaporkan tentang kematian lima anggota sebuah keluarga, sementara Armenia mengatakan pada hari Selasa bahwa seorang gadis berusia 9 tahun tewas dalam penembakan, sementara ibu dan seorang saudara laki-lakinya terluka.
Sementara, Armenia telah melaporkan 84 kematian anggota militernya, serta korban sipil sejak perang pecah pada Ahad kemarin. Sedangkan Azerbaijan belum mengungkapkan kerugian yang diderita militernya, tetapi telah mengkonfirmasi tujuh kematian warga sipil seperti dilansir dari BBC. [wip]