(IslamToday ID) – Perang Armenia-Azerbaijan makin tak terkendali. Militer keduanya terus saling gempur di beberapa titik di sekitar wilayah sengketa di perbatasan Nagorno-Karabakh. Lebih dari 2.000 tentara dikabarkan tewas dalam perang yang telah berlangsung selama tiga hari ini, Kamis (1/10/2020).
Jumlah korban melonjak tinggi ketika militer Azerbaijan mulai mengerahkan senjata-senjata berat pembunuh untuk menggempur basis-basis pertahanan militer Armenia.
Tentara Azerbaijan benar-benar menyerang total, baik melalui artileri darat, perang terbuka, maupun serangan-serangan rudal udara yang dijatuhkan dari pesawat tanpa awak (drone).
Yang terbaru, sebuah serangan mengerikan diciptakan militer Azerbaijan, rudal yang dijatuhkan dari drone tepat menghantam pusat pengerahan pasukan Armenia.
Dalam rekaman video yang ditayangkan secara resmi oleh militer Azerbaijan, Rabu (30/9/2020), diperlihatkan detik-detik rudal menghantam truk militer yang sedang menurunkan pasukan Armenia di Aghdara.
Rudal tepat menghantam truk itu dan pemandangan mengerikan tercipta, puluhan tentara Armenia yang ada di tempat itu tewas dalam kondisi mengenaskan. Bahkan, beberapa di antaranya meregang nyawa dalam posisi terbang di udara akibat terhantam ledakan rudal.
Azerbaijan mulai meningkatkan serangan setelah Armenia membombardir permukiman warga sipil di sekitar wilayah sengketa.
Perlu diketahui, konflik kedua negara atas wilayah Nagorno-Karabakh sudah terjadi sejak 1988. Konflik bermula dari keputusan Nagorno-Karabakh sebagai daerah otonom menyatakan mundur dari SSR Azerbaijan.
Dalam konfrontasi bersenjata pada 1992-1994, Azerbaijan telah kehilangan kendali atas Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang bersebelahan dengannya. Sejak 1992, negosiasi telah dilakukan dalam kerangka OSCE Minsk Group tentang penyelesaian konflik secara damai. Kelompok ini dipimpin ketua bersama oleh Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Perancis.
Pada tahun 1994, Azerbaijan, Armenia, dan Republik Nagorno-Karabakh melalui mediasi Rusia, menandatangani Protokol Gencatan Senjata Bishkek. Pada saat yang sama, operasi militer tidak berhenti di situ, yang diperbarui secara berkala.
Perseteruan paling signifikan dari konflik adalah perang empat hari pada 2016 yang menewaskan ratusan tentara Armenia dan Azerbaijan.
Sebenarnya para Menteri Luar Negeri dari kedua negara sempat rutin mengadakan pembicaraan melalui sambungan konferensi video tentang Nagorno-Karabakh. Sayangnya, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev pada awal bulan ini mengatakan bahwa konferensi video tersebut tidak penting dan menyebut proses negosiasi tidak sedang berlangsung. [wip]