(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Mevlut Cavusoglu menyatakan Turki siap memberikan dukungan apapun kepada Azerbaijan dalam situasi konflik di Nagorno-Karabakh.
“Bantuan apa saja yang dibutuhkan Azerbaijan, kami siap (menyediakannya). Kami mengatakan, kami bersama-sama dengan Azerbaijan, baik di meja perundingan maupun di medan pertempuran. Itu bukan kata-kata kosong,” ungkapnya seperti dikutip dari kantor berita TASS, Kamis (1/10/2020).
“PBB sebelumnya mengadopsi sejumlah resolusi (tentang masalah Nagorno-Karabakh), tetapi Armenia mengabaikan hukum internasional yang menyatakan mereka tidak ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan cara diplomatik,” tambahnya.
Menurut Cavusoglu, Azerbaijan berperang di tanahnya sendiri untuk memerangi penjajah.
Situasi di Nagorno-Karabakh mulai membara pada 27 September, dengan bentrokan bersenjata yang memasuki hari kelima pada Kamis (1/10/2020). Darurat militer telah berlaku di Azerbaijan dan Armenia.
Mengutip Reuters, dalam letusan terbesar dari konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun sejak gencatan senjata 1994, pertempuran Azerbaijan dan Armenia telah menyebar jauh melampaui perbatasan di Nagorno-Karabakh.
Minta Bantuan Rusia
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan yang berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (29/9/2020), menyatakan saat ini ia tidak mempertimbangkan untuk meminta bantuan berdasarkan perjanjian keamanan pasca-Soviet.
Tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk melakukannya. “Armenia akan memastikan keamanannya, dengan partisipasi dari Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO) atau tanpa itu,” kata Pashinyan seperti dikutip dari Reuters.
Pashinyan mengatakan, ia dan Putin belum membahas kemungkinan intervensi militer Rusia dalam konflik Nagorno-Karabakh.
CSTO adalah aliansi militer yang ditandatangani pada 15 Mei 1992. Enam negara bekas Soviet, Rusia, Armenia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, dan Uzbekistan, menandatangani traktat tersebut.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah yang memisahkan diri di dalam Azerbaijan, tetapi dijalankan oleh etnis Armenia dan mendapat dukungan dari Armenia.
Wilayah tersebut memisahkan diri dari Azerbaijan dalam perang pada tahun 1990-an, namun tidak diakui oleh negara mana pun sebagai republik merdeka. Hanya, langkah apapun untuk berperang habis-habisan dapat menyeret Rusia dan Turki, yang merupakan sekutu dekat Azerbaijan. [wip]