(IslamToday ID) – Serangan roket menghantam sebuah pangkalan militer Amerika Serikat (AS) dan koalisi di Irak, tepatnya di dekat bandara di Ibukota Kurdistan, Erbil pada Rabu (30/9/2020) malam.
Sebuah video amatir menunjukkan serangkaian kebakaran yang terjadi di lapangan kosong tidak jauh dari pangkalan koalisi pimpinan AS di dekat Bandara Erbil di Kurdistan, Irak. Pejabat keamanan Kurdi menuduh milisi Syiah menembakkan roket dalam serangan tersebut. Namun pasukan milisi Syiah Hushd membantah bertanggung jawab.
Mengutip dari VOA, Jumat (2/10/2020), media pemerintah Irak melaporkan bahwa para pejabat intelijen telah tiba di Brigade 33 milisi Syiah Hushd di luar Mosul untuk menentukan apakah mereka menembakkan roket yang digunakan dalam serangan itu.
Media Kurdi mengindikasikan bahwa penyelidik keamanan telah pulih dan sedang memeriksa roket tersebut.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengatakan kepada diplomat asing bahwa Irak akan menghentikan serangan semacam itu. Al-Kadhimi mengatakan kepada para diplomat dari 25 negara bahwa pemerintahnya akan melindungi fasilitas mereka dari serangan milisi.
Ia mengatakan bahwa serangan baru-baru ini dimaksudkan untuk mempermalukan pemerintah dan mencegahnya menjaga ketertiban terhadap milisi yang tidak dapat diatur, serta untuk mengisolasi Irak dari komunitas internasional dengan mendorong kedutaan dan organisasi internasional untuk meninggalkan negara itu.
Serangan ini, katanya, akan memungkinkan milisi untuk merebut kekuasaan. Tapi ia berjanji untuk melindungi target asing dari serangan milisi.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein mengatakan peringatan AS bahwa Washington mungkin mengevakuasi kedutaan besarnya di Baghdad adalah sebuah kesalahan dan datang pada saat yang tidak tepat.
Media Irak memperingatkan bahwa milisi Syiah mungkin mencoba menyerang Zona Hijau di Baghdad tengah, tempat kompleks Kedutaan Besar AS berada, seperti yang mereka lakukan pada Oktober 2019.
“Iran mengirim pesan kepada Perdana Menteri Irak al-Kadhimi bahwa ia tidak dapat melindungi kedutaan asing atau target keamanan tanpa bantuan (Teheran) dan juga memperingatkan pemerintah asing bahwa kedutaan mereka dapat diserang di Kurdistan. Juga jika mereka pindah ke sana dari Baghdad,” ujar analis Irak, Bassem Hussein.
Komandan milisi Syiah Irak, Hadi al-Ameri baru-baru ini memperingatkan bahwa pasukannya berencana untuk menyerbu kompleks kedutaan AS di Baghdad. Para pemimpin Syiah pro-Iran lainnya mengancam akan menyandera kedutaan, sebuah operasi yang mirip dengan pengambilalihan kedutaan AS di Teheran pada 1979. [wip]