(IslamToday ID) – Armenia menyatakan kesiapannya bekerja sama dengan mediator internasional untuk menghentikan pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh. Perang dengan Azerbaijan telah menewaskan lebih dari 130 orang.
Pertempuran Armenia-Azerbaijan telah berlangsung sepekan di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Laporan menyebut korban tewas di pihak tentara dan warga sipil lebih dari 130 orang sampai Kamis (1/10/2020).
Komunitas internasional berulang kali mendesak agar dua negara pecahan Uni Soviet berupaya menahan serangan, dikhawatirkan zona perang semakin meluas serta dampak kehancuran semakin parah.
Presiden Perancis, Emmanuel Macron pada hari Jumat (2/10/2020) kemarin telah bertemu dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev. Macron mengulangi seruannya untuk gencatan senjata.
Armenia mensyaratkan Azerbaijan bersedia menarik mundur pasukannya dari Nagorno-Karabakh, serta menghentikan serangan ke wilayah Yerevan. Namun, Azerbaijan mengatakan bahwa Armenia yang melakukan upaya agresi baru dengan menempatkan pasukan di wilayah sengketa.
“Armenia siap untuk terlibat dengan Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat (AS) untuk membangun kembali rezin gencatan senjata,” kata Kementerian Luar Negeri Armenia seperti dikutip dari AFP, Sabtu (3/10/2020).
Armenia yang merupakan bagian dari aliansi militer dipimpin Rusia menuduh Azerbaijan menggunakan amunisi yang dilarang hukum internasional. Mereka juga meyakini tentara Baku mendapat bantuan kekuatan militer dari Turki.
“Militer Turki bertempur bersama Azerbaijan. Azerbaijan menggunakan persenjataan Turki seperti drone dan jet tempur,” kata Kementerian Luar Negeri Armenia.
Pemimpin Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat (2/10/2020) menyatakan keprihatinan serius atas kehadiran pejuang asing dalam konflik Armenia-Azerbaijan selama pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan.
Sementara, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyuarakan keprihatinan serupa dalam hubungan telepon dengan mitranya dari Iran, Mohammad Javad Zarif. [wip]