(IslamToday ID) – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengajukan tuntutan pidana terhadap pemimpin sayap kanan Belanda, Geert Wilders karena telah menghina dirinya di media sosial.
Wilders, pemimpin Partai Belanda untuk Kebebasan, memicu kemarahan Turki pada hari Sabtu (24/10/2020) setelah ia men-tweet kartun Erdogan dengan judul “Teroris”.
Kemudian Wilders melanjutkan kritiknya terhadap presiden Turki itu dengan tweet lain pada hari Senin (26/10/2020) berupa gambar kapal berbendera Turki yang tenggelam dengan judul “Bye bye @RTErdogan. Keluarkan Turki dari NATO!”
Tim hukum Erdogan mengajukan gugatan kepada jaksa di ibukota Turki, Ankara. Wilders dinilai melanggar undang-undang Turki karena telah menghina lembaga pemerintah sesuai dengan pasal 104 konstitusi. Undang-undang tersebut, pasal 301 berupa hukum pidana negara, diberlakukan pada tahun 2005 dan telah digunakan berulang kali oleh presiden untuk menjerat para pengkritiknya.
Seorang juru bicara Erdogan berpendapat bahwa meskipun undang-undang tersebut tidak secara spesifik mengkriminalisasi penghinaan terhadap presiden, namun ada unsur pelanggaran yakni penghinaan terhadap struktur politik pemerintahan negara.
Seolah tak peduli, Wilders malah menanggapi ancaman hukum itu dengan terus mengejek Erdogan di Twitter. Ia menyebut Erdogan fasis dan pecundang. Ia juga menyebut dunia sudah terbalik jika pemimpin Turki itu akan mengajukan tuntutan hukum terhadap.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menanggapi dengan menyebut Wilders sebagai seorang rasis pecundang.
Wilders dan Turki pernah berseteru di masa lalu, karena politisi Belanda tersebut dituduh mendukung kebijakan anti-Turki. Pada 2015, Wilders mengatakan Turki tidak akan pernah diterima di kelompok Uni Eropa. Selama debat televisi tahun 2017, Wilders menyerukan agar duta besar Turki diusir setelah Erdogan menyebut negara itu sebagai “sisa-sisa Nazi”.
Ini bukan pertama kalinya Wilders menghadapi kasus hukum, meski partainya menjadi yang terbesar kedua di parlemen Belanda. Beberapa bulan lalu, ia dinyatakan bersalah karena menghina orang Maroko.
Ia dituntut setelah bertanya kepada kerumunan pada rapat umum kampanye pada tahun 2014. Wilders mengatakan apakah mereka menginginkan lebih banyak atau sedikit warga Maroko di negaranya. [wip]