(IslamToday ID) – Charlie Hebdo, majalah satire Perancis kembali bikin heboh. Kini yang menjadi sasaran tembak dari majalah tersebut adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Di edisi terbaru Charlie Hebdo, cover atau halaman depan menampilkan kartun yang menggambarkan Erdogan berperilaku cabul. Tak terima, Erdogan langsung mengecam keras majalah itu.
“Saya tidak perlu mengatakan apapun kepada mereka yang menghina nabi tercinta saya,” kata Erdogan dalam pidatonya di hadapan anggota parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di parlemen, Rabu (28/10/2020), seperti dikutip dari TRT World.
Erdogan mengatakan dirinya secara pribadi belum melihat gambar Charlie Hebdo yang mengejeknya, karena ia tidak ingin memuji publikasi yang tidak bermoral dan menjijikkan itu.
Charlie Hebdo adalah majalah yang sebelumnya menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad, sehingga memicu serangan dan pembantaian di kantor redaksinya pada 2015.
Kartun halaman depan Charlie Hebdo edisi Rabu (28/10/2020) dirilis online pada Selasa malam. Kartun tersebut menunjukkan Erdogan mengenakan kaos dan celana dalam, minum sekaleng bir dan mengangkat rok seorang wanita yang mengenakan jilbab.
Intervensi Charlie Hebdo terjadi selama perang kata-kata yang meningkat antara Erdogan, Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan para pemimpin Eropa lainnya setelah pemenggalan guru sejarah Samuel Paty.
Macron bersumpah bahwa Perancis akan tetap berpegang pada tradisi dan hukum sekulernya yang menjamin kebebasan berbicara yang memungkinkan publikasi seperti Charlie Hebdo yang sangat anti-agama untuk memproduksi kartun Nabi Muhammad.
Pembelaan Macron terhadap Charlie Hebdo, dan komentarnya baru-baru ini bahwa Islam di seluruh dunia sedang dalam krisis, telah mendorong Erdogan untuk mendesak Turki memboikot produk Perancis di tengah gelombang protes anti-Perancis di negara-negara mayoritas muslim.
Sebelumnya pada hari Selasa lalu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte membela politisi sayap kanan negaranya, Geert Wilders, setelah Erdogan mengambil tindakan hukum terhadapnya.
Wilders telah membagikan kartun di Twitter yang menggambarkan Erdogan mengenakan topi Ottoman berbentuk seperti bom dengan sumbu yang menyala. “Saya memiliki pesan untuk Presiden Erdogan dan pesan itu sederhana: Di Belanda, kebebasan berekspresi adalah salah satu nilai tertinggi kami,” kata Rutte.
Sebelumnya, para pemimpin Eropa termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel telah membela Macron setelah Erdogan menyarankannya agar melakukan pemeriksaan mental.
Sementara, pemerintah Turki dengan cepat merespons tindakan majalah tersebut. Ankara menilai majalah Charlie Hebdo melakukan rasisme budaya.
“Kami mengutuk upaya paling menjijikkan dari publikasi ini untuk menyebarkan rasisme dan kebencian budayanya,” kata asisten Erdogan untuk pers, Fahrettin Altun di Twitter.
“Agenda anti-muslim Presiden Perancis Macron membuahkan hasil. Charlie Hebdo baru saja menerbitkan serangkaian yang disebut kartun berisi gambar-gambar tercela yang konon adalah presiden kita.”
“Kami meyakinkan orang-orang kami bahwa tindakan hukum dan diplomatik akan diambil terhadap publikasi kartun itu,” tambah pernyataan Direktorat Komunikasi Turki. [wip]