(IslamToday ID) – Pada tanggal 3 November, warga Amerika Serikat (AS) pergi ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih antara calon presiden (Capres) Donald Trump atau Joe Biden.
Trump dan Biden berbeda dalam banyak hal, tetapi ada beberapa persoalan menarik yang secara langsung akan mempengaruhi hasil Pilpres.
Pandemi Virus Corona
Covid-19 telah menewaskan hampir 231.000 warga AS dan lebih fatal jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Penantang dari Demokrat, Joe Biden menyebut Trump sebagai pemimpin yang buruk karena gagal menekan Covid-19 yang merajalela di seluruh negeri.
Tetapi Trump, meremehkan ancaman virus sejak awal dan hingga sekarang. Ia menuduh Partai Demokrat membesar-besarkan kasus pandemi untuk keuntungan politik.
Hingga Ahad (1/11/2020), pandemi corona terus mendatangkan malapetaka pada kesehatan masyarakat AS, dengan negara bagian Midwestern mengalami rekor rawat inap tertinggi.
Trump, yang sembuh dari Covid-19 beberapa pekan lalu, baru-baru ini mengatakan bahwa dokter akan diberi insentif jika jumlah kematian naik.
“Dokter kami mendapatkan lebih banyak uang jika seseorang meninggal karena Covid,” katanya di Waterford Township, Michigan, seperti dikutip dari TRT World.
Biden menuduh Trump menyerah dalam melawan virus corona. Ia juga mengatakan seharusnya Trump tidak memojokkan personel medis yang merawat pasien yang terpapar corona.
“Tidak seperti Donald Trump, kami tidak akan menyerah pada virus ini,” katanya pada rapat umum di St Paul, Minnesota.
Asuransi Kesehatan
Sebagian besar kesehatan masyarakat AS tunduk pada asuransi kesehatan. Tidak setiap warga AS menikmati hak istimewa kesehatannya dengan dilindungi oleh perusahaan asuransi swasta. Setidaknya 27,5 juta orang AS, yang merupakan 8,5 persen dari populasi, tidak diasuransikan sepanjang 2018. Mereka adalah orang-orang yang berisiko tinggi tertular Covid-19 karena sebagian besar adalah kelas pekerja.
Memanfaatkan ketidakamanan kesehatan masyarakat, Biden berjanji untuk memperluas Affordable Care Act (ACA), yang ditandatangani oleh mantan Presiden Barack Obama.
Bertolak belakang dengan itu, Trump selalu ingin mengakhiri ACA dan menggantinya dengan sesuatu yang belum ia sebutkan.
Polis asuransi kesehatan Biden yang disebut Bidencare bertujuan untuk meningkatkan pengeluaran perawatan kesehatan federal sebesar 2 triliun dolar AS atau lebih selama 10 tahun. Ini akan memiliki efek stimulus pada pengeluaran pemerintah menurut para pendukung Demokrat.
Selain itu, lebih banyak warga akan mendapat manfaat dari Bidencare di tengah pandemi, yang kemungkinan akan berlanjut sepanjang 2021.
Di sisi lain, Trump ingin mengalihkan dana ACA ke masing-masing negara bagian dan membantu warga membeli asuransi kesehatan swasta, serta menyediakan perlindungan untuk rumah tangga berpenghasilan rendah.
Pendukung Trump menyatakan langkah seperti itu akan menghindari kenaikan utang atau pajak, dua indikator ekonomi yang mereka katakan akan membantu negara dengan pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Perekonomian
Meskipun tiga tahun pertama kepemimpinan Trump mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, pandemi membalikkan semua keadaan karena bisnis kecil harus tutup, sementara jutaan orang AS telah menganggur sejak Maret.
Hampir 22 juta warga AS kehilangan pekerjaan mereka di seluruh negeri sebagai akibat dari lockdown pada musim semi.
Tingkat pengangguran adalah 3,5 persen pada Februari, namun melonjak menjadi 14,7 persen hanya dalam dua bulan, sementara Covid-19 telah menghancurkan perekonomian negara.
Di bulan September, tingkat pengangguran turun 7,9 persen untuk bulan kelima berturut-turut.
Trump berharap bisa memulihkan ekonomi ke tingkat pra-pandemi berhasil, sementara Biden terus menuduh saingannya itu telah melakukan kesalahan manajemen pandemi dan ekonomi.
Protes Black Lives Matter
Pembunuhan George Floyd oleh seorang polisi memicu protes yang meluas selama berbulan-bulan di seluruh AS.
Menjelang pemilu 3 November, diharapkan para pengusung Black Lives Matter akan memberikan suara menentang Trump karena ia mendukung milisi supremasi kulit putih bersenjata yang menentang para demonstran.
Selain itu, Trump tidak mengutuk kekerasan polisi terhadap orang-orang AS kulit hitam.
Trump membela seorang anak berusia 17 tahun yang dituduh membunuh dua orang selama protes di Kenosha, Wisconsin. Ia mengatakan pria bersenjata itu berusaha melarikan diri dan akan dibunuh oleh para demonstran jika tidak melepaskan tembakan.
“Dia (penembak) mencoba melarikan diri dari mereka. Dan kemudian dia jatuh dan kemudian mereka dengan sangat kejam menyerangnya,” kata Trump.
Orang kulit hitam AS telah mendukung kandidat Demokrat dengan lebih dari 80 persen sejak tahun 2000.
Dalam pemilihan terakhir tahun 2016, 91 persen orang Afro-AS memberikan suara mereka untuk Hillary Clinton, sementara Trump hanya mendapat 6 persen.
Trump memenangkan pemilu 2016 di Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan, di mana orang kulit hitam memiliki jumlah pemilih yang rendah, dengan selisih kecil.
Demokrat berharap protes kebrutalan polisi baru-baru ini dan reaksi Trump akan memobilisasi pemilih kulit hitam untuk meningkatkan partisipasi mereka.
Menurut data terbaru jumlah pemilih kulit hitam di atas usia 65 tahun yang telah memberikan suara lebih awal, baik secara langsung atau melalui surat, telah melebihi jumlah keseluruhan pemilih dari empat tahun lalu.
Jumlah pemilih kulit hitam yang tinggi akan meningkatkan peluang Biden untuk memenangi Pilpres. [wip]