(IslamToday ID) – Perdana Menteri (PM) Ethiopia, Abiy Ahmed memecat panglima militer, kepala intelijen, dan menteri luar negerinya saat militernya melanjutkan serangan udara di wilayah Tigray yang bergejolak.
Mengutip TRTWorld, Senin (9/11/2020), kantor Abiy yang mengumumkan hal itu melalui Twitter pada hari Ahad (8/11/2020) tidak memberikan alasan terkait pemecatan tersebut.
Abiy tengah melanjutkan kampanye pengerahan militer yang ia umumkan pada hari Rabu (4/11/2020), meskipun ada permintaan internasional untuk berdialog dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) daripada mengambil risiko perang saudara.
Tigrayans mendominasi politik Ethiopia selama beberapa dekade sampai Abiy menjabat pada 2018 dan berjuang untuk mengurangi pengaruh mereka.
Kantor Abiy menyatakan Wakil Perdana Menteri Demeke Mekonnen telah ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri dan Birhanu Jula dipromosikan menjadi kepala staf militer, dari sebelumnya wakil panglima militer.
Abiy juga menunjuk Temesgen Tiruneh, yang merupakan presiden wilayah Amhara, sebagai kepala intelijen baru.
PBB menyatakan 9 juta orang berisiko mengungsi akibat konflik yang meningkat di wilayah Tigray. PBB memperingatkan bahwa deklarasi pemerintah pada hari Rabu tentang keadaan darurat di Tigray telah menghentikan pasokan makanan dan bantuan lainnya.
Seorang sumber militer mengatakan sebuah pesawat militer Ethiopia membom sebuah rudal dan situs artileri di sebelah bandara di ibukota Tigray, Mekelle pada hari Ahad. Belum diketahui apa yang hancur dalam serangan itu.
Sumber tersebut mengatakan pesawat itu meninggalkan pangkalan militer di Kota Bahir Dar di wilayah tetangga Amhara.
Panglima militer baru, Birhanu mengatakan kepada surat kabar pemerintah pada hari Ahad bahwa tentaranya mengendalikan beberapa kota dekat perbatasan, termasuk Dansha dan Shire. Namun ia tidak mengatakan kapan tentaranya merebut daerah itu.
Sangat mustahil untuk memverifikasi laporan tersebut karena komunikasi di wilayah Tigray telah diputus sejak Rabu.
Abiy telah berkomunikasi dengan Sekjen PBB Antonio Guterres yang menawarkan perdamaian. Gutteres juga telah berkomunikasi dengan Ketua Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat dan Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok dalam kapasitasnya sebagai ketua kelompok regional Afrika IGAD. [wip]