(IslamToday ID) – Setelah berkonflik selama enam pekan memperebutkan Nagorno-Karabakh, akhirnya Armenia dan Azerbaijan menandatangani perjanjian gencatan senjata. Gencatan senjata yang dimediasi oleh Rusia ini terjadi ketika pasukan Azerbaijan merebut kota strategis Shusha yang merupakan pukulan telak bagi kendali Armenia atas wilayah Karabakh.
Sebelumnya, Karabakh diduduki oleh Armenia, namun kini wilayah tersebut berhasil dikuasai Azerbaijan.
Mengutip dari TRTWorld, Kamis (12/22/2020), Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan mengatakan kesepakatan damai itu merupakan kekalahan yang memalukan setelah berpekan-pekan mengklaim bahwa kemenangan sudah dalam genggaman.
Akibatnya ibukota Armenia dilanda protes dan kemarahan, serta parlemen digeledah oleh para pengunjuk rasa serta memunculkan desas desus bahwa dirinya telah meninggalkan negara tersebut. Hal ini tentu saja langsung dibantahnya.
Menurut Asisten Profesor Volkan Ozdemir dan Direktur Platform Asia, Turki, Eropa, kesepakatan trilateral antara Rusia, Armenia, dan Azerbaijan pada akhirnya bisa diprediksi. “Sejak awal, Rusia secara diplomatis mengamati posisi objektif,” kata Ozdemir.
“Sehingga memungkinkan Moskow untuk mempertahankan saluran komunikasi terbuka dengan kedua pihak,” lanjutnya.
Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Rusia akan mengerahkan 2.000 tentara di Karabakh untuk menjaga koridor Lachin, yang merupakan arteri utama yang digunakan Armenia untuk mengendalikan wilayah tersebut dan juga terhubung dengan kota utama Stepanakert di Karabakh.
Sebagai gantinya, Armenia setuju untuk mengizinkan koridor yang menghubungkan Republik Otonomi Azeri Nakhchivan, yang merupakan eksklaf yang dipisahkan oleh tanah Armenia, yang juga akan diawaki oleh penjaga perdamaian Rusia.
Sementara itu, Turki meski bukan bagian dari negosiasi, menyambut kesepakatan itu sebagai “sukses suci” dan masih bisa mengukir peran di lapangan. “Turki dengan konsultasi dengan Rusia, harus bergabung dengan pasukan penjaga perdamaian di Karabakh,” tambah Ozdemir.
Selama 44 hari konflik, Turki secara terbuka memihak Baku untuk memastikan bahwa Azerbaijan membangun kembali integritas teritorialnya. [wip]