ISLAMTODAY ID — Gelombang aksi protes anti-pemerintah tersebar di puluhan wilayah meletus di seluruh wilayah Libanon pada Rabu (3/3) ditengah nilai mata uangnya mencapai rekor terendah baru, dan ini memperburuk kondisi kehidupan masyarakat.
Di Ibu Kota Beirut, sejumlah pengunjuk rasa membakar ban untuk memblokir jalan utama dekat Masjid Mohammad Al-Amin di pusat kota Beirut, sementara pengunjuk rasa lainnya menutup jalan menuju bandara Beirut, yang kemudian dibuka kembali setelah satu jam, dilansir dari Anadolu.
Situs lalu lintas resmi melaporkan bahwa pengunjuk rasa menutup Lapangan Abdul Hamid Karami dan jalan-jalan lain di Tripoli, Libanon Utara dan Lapangan Zahle di Provinsi Beqaa, Libanon Tengah.
Pada Rabu (3/3), Presiden Michel Aoun memerintahkan Gubernur Bank Sentral Libanon untuk menyelidiki penyebab rekor baru devaluasi mata uang negara dan untuk mengungkap praktik mencurigakan dibalik jatuhnya pound.
Pada Selasa (2/3), mata uang Pound Lebanon turun menjadi 10.000 terhadap dolar AS, memberikan tekanan lebih lanjut pada ekonomi dan kondisi kehidupan yang sudah memburuk.
Kejatuhan ekonomi terjadi di tengah kegagalan berkelanjutan untuk membentuk pemerintahan baru sejak pemerintahan Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri enam hari setelah ledakan dahsyat mengguncang pelabuhan Beirut yang menewaskan lebih dari 200 orang Agustus 2020 lalu.
Mantan Perdana Menteri Saad Hariri ditunjuk untuk membentuk pemerintahan baru tetapi dia masih berselisih paham dengan Presiden Michel Aoun mengenai hal-hal yang terkait dengan urusan tersebut.[AA]