(IslamToday ID) – Presiden China Xi Jinping menyatakan militer China harus siap untuk merespons situasi yang kompleks dan sulit karena negara bergulat dengan tantangan keamanan.
Jinping yang juga mengepalai Komisi Militer Pusat, menyampaikan pernyataan itu pada diskusi panel yang dihadiri oleh perwakilan angkatan bersenjata selama sesi legislatif tahunan di Beijing.
“Situasi keamanan negara kita saat ini sebagian besar tidak stabil dan tidak pasti,” katanya seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu (10/3/2021).
“Seluruh militer harus mengkoordinasikan hubungan antara peningkatan kapasitas dan kesiapan tempur, bersiap untuk merespons berbagai situasi yang kompleks dan sulit setiap saat, dengan tegas menjaga kedaulatan nasional, kepentingan keamanan dan pembangunan, dan memberikan dukungan yang kuat untuk pembangunan komprehensif negara sosialis modern,” imbuhnya.
Jinping juga menekankan perlunya pencegahan strategis tingkat tinggi dan sistem pertempuran bersama, dan lebih banyak inovasi teknologi di militer.
Pernyataan Jinping itu muncul setelah Menteri Pertahanan China Jenderal Wei Fenghe pada hari Sabtu lalu menyerukan militer untuk meningkatkan kesiapan tempur. Menurutnya, keamanan nasional China telah memasuki fase berisiko tinggi.
“Kami menghadapi tugas-tugas yang meningkat dalam pertahanan nasional. Dan kami harus secara komprehensif meningkatkan pelatihan militer dan kesiapan untuk berperang sehingga dapat meningkatkan kemampuan strategis mengalahkan musuh kami yang kuat,” kata Wei kepada delegasi militer pada pertemuan di sela-sela sesi legislatif.
“Peremajaan besar bangsa China berada pada tahap kritis di mana kita menghadapi peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.
Wei juga memperingatkan bahwa upaya penahanan AS akan berlangsung selama proses peremajaan nasional China.
Pertanyaan tentang bagaimana Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) harus menangani risiko keamanan mendominasi pertemuan pada hari Sabtu, karena negara tersebut menghadapi tantangan di berbagai bidang. Dari sengketa perbatasan Himalaya dengan India hingga ketegangan yang membara dengan Jepang atas Laut China Timur dan persaingan dengan Amerika Serikat (AS) termasuk over technology.
Keretakan yang dalam dengan AS berada di puncak daftar risiko geopolitik, terutama ketegangan di Taiwan dan Laut China Selatan yang dikhawatirkan dapat menyebabkan konflik militer karena kedua kekuatan meningkatkan operasi udara dan laut di wilayah tersebut.
Beijing baru-baru ini merilis rekaman militernya yang melakukan latihan pendaratan di Laut China Selatan yang disengketakan, beberapa hari setelah operasi pengintaian AS dan latihan Taiwan yang mensimulasikan serangan China daratan di terumbu karangnya. [wip]