(IslamToday ID) – Sejumlah konstruksi ilegal buatan manusia ditemukan di Union Banks, Kepulauan Spratly, yang merupakan daerah sengketa di Laut China Selatan (LCS).
Lokasi konstruksi itu terletak di dekat lokasi 200 kapal milisi China sempat bersandar pada pekan lalu sebelum diusir oleh jet tempur Filipina.
Panglima Militer Filipina, Cirilito Sobejana mengatakan bangunan itu tidak jauh dari pulau dan fitur yang berada di zona ekonomi eksklusif (ZEE) negaranya.
Meski demikian, Sobejana tak mengatakan lebih lanjut negara mana yang membangun struktur bangunan itu.
Sobejana hanya menerangkan bahwa konstruksi itu ditemukan pada hari Selasa (30/3/2021) dalam patroli penerbangan maritim militer di Laut China Selatan. Saat patroli itu berlangsung, militer Filipina memantau aktivitas kapal-kapal China yang diyakini diwakili oleh milisi.
“Konstruksi dan kegiatan lain, ekonomi atau yang lainnya, merugikan perdamaian, ketertiban, dan keamanan perairan teritorial kami,” kata Sobejana, Kamis (1/4/2021).
“Upaya kami untuk dengan patuh menjalankan amanat kami demi melindungi dan memajukan kepentingan nasional kami di kawasan itu terus berjalan tanpa hambatan,” tambahnya.
Pernyataan Sobejana merupakan tekanan terbaru dari Filipina yang terbuka menentang kegiatan maritim China di Laut China Selatan.
Pulau dan gugus karang yang berada di Kepulauan Spratly merupakan salah satu titik panas di Laut China Selatan yang diperebutkan sejumlah negara, yakni China, Vietnam, Taiwan, Filipina, hingga Malaysia.
Para negara itu kerap menempatkan struktur atau komunitas kecil hingga pulau buatan di sana untuk mempertaruhkan klaim teritorial mereka.
Pada pekan lalu, Filipina menuding China melakukan invasi setelah 200 kapal milisi Negeri Tirai Bambu terlihat di daerah Kepulauan Spartly.
Reuters melaporkan bahwa coast guard Filipina sudah mendeteksi keberadaan kapal-kapal tersebut di Whitsun Reef, sekitar 320 kilometer dari Pulau Palawan, sejak 7 Maret lalu.
Rekaman video yang dirilis militer Filipina menunjukkan ratusan perahu tersebar di sekitar terumbu karang Hughes, Gaven, dan Whitsun.
Akibat insiden itu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan dan Penasihat Keamanan Nasional Filipina, Hermogenes Esperon membicarakan manuver China di wilayah bersengketa itu lewat telepon.
Filipina menganggap kehadiran ratusan kapal China di perairan itu sebagai sebuah ancaman.
Filipina juga mengirim sejumlah jet tempur ke terumbu karang Whitsun yang dianggap masuk ke dalam ZEE mereka untuk menggertak kapal-kapal itu. [wip]