(IslamToday ID) – Mimbar Masjid Kariah Nerasau di Malaysia sangatlah unik dan usianya sudah hampir 200 tahun. Yang paling membanggakan lagi, mimbar kayu itu dibikin oleh Baba Husin asal Jepara, Jawa Tengah.
Mimbar itu memiliki prasasti lengkap sehingga membuatnya berbeda dari mimbar lain. Prasasti yang lengkap dapat membantu peneliti untuk menentukan usia mimbar yang sebenarnya.
Ketua Jurusan Seni Rupa dan Desain Fakultas Industri Komputer dan Industri Kreatif Universitas Pendidikan Sultan Idris, Dr Harleny Abd Arif mengatakan, studi yang dilakukan di sejumlah mimbar di Malaysia menemukan bahwa mimbar di Masjid Kariah Nerasau dan Masjid Kariah Kampung Selemak memiliki prasasti yang lengkap.
Harleny mengatakan, berdasarkan informasi dari prasasti yang diukir di atas mimbar oleh orang yang sama, mimbar Masjid Kariah Nerasau kini berusia 183 tahun. Sedangkan yang ada di Masjid Kariah Kampung Selemak telah berusia 177 tahun.
“Menurut penelitian saya di beberapa masjid tua di Tanah Air, selama ini hanya mimbar Masjid Kariah Nerasau yang memiliki prasasti terlengkap yang memuat waktu, bulan dan tahun Hijriyah, serta nama dan tempat lahir pemahat seperti yang tertera di panel gunungan mimbar,” ujarnya seperti dikutip dari Kantor Berita Bernama, Jumat (2/4/2021).
Harleny mengatakan, prasasti yang bertuliskan Jawi itu diukir halus menggunakan jenis kaligrafi Islam yang dikenal dengan aksara Nasakh.
“Tahun 1254 setelah Hijrah Nabi (Muhammad SAW), di bulan Jamadil Akhir pada hari Senin selama waktu Dhuha, Tuan Haji Jalil Abdul Rahman yang bertanggung jawab atas Masjid An Nur. Pengrajinnya adalah orang Jawa bernama Baba Husin dari Jepara Barongan,” bunyi prasasti tersebut.
Didirikan oleh Abdul Jalil Abdul Rahman, Masjid Kariah Nerasau merupakan salah satu masjid tertua di Negeri Sembilan yang dibangun secara gotong-royong oleh masyarakat setempat.
Meski masjid secara bertahap ditingkatkan dan diperluas sesuai dengan pertambahan penduduk di daerah tersebut, tampilan interior aslinya termasuk mihrab dan mimbar tetap dipertahankan.
Pada desain pahatan kayunya, Harleny mengatakan, mimbar setinggi 3 meter menampilkan pola mekar sejunjung pada panel gunungannya, yang diukir dengan teknik tebuk tembus bersilat dan tebuk timbul bersilat.
Ia mengatakan, ada juga pengulangan motif di seluruh permukaan atau panel mimbar tertentu. “Ada juga komponen corak bunga mahkota, serta motif bunga yang diukir pada panel gunungan. Motif bunga utama yang digunakan adalah bunga mahkota dan bunga teratai,” ujarnya.
Harleny mengatakan selain motif bunga teratai dan bunga mahkota, mimbar juga menampilkan corak bunga ketumbit yang disusun berulang-ulang.
Sementara itu, Imam Masjid Kariah Nerasau, Mohamad Yusof Hasyim mengatakan, masjid mampu menampung 300 jamaah dalam satu waktu, digunakan warga Kampung Solok Bangkung, Kampung Ampangan Penajih, Kampung Relung, Kampung Nerasau, dan Kampung Chenong.
Mohamad Yusof (64) yang telah menjadi imam di masjid selama lebih dari 10 tahun mengatakan bahwa ia sangat mengagumi seni ukiran kayu di mimbar masjid yang masih tetap kuat meski telah berusia lebih dari 1 abad. [wip]