ISLAMTODAY ID — Pentagon mengecam perangkat berbasis ruang angkasa Rusia yang diklaim sebagai senjata. Sementara itu, AS telah menguji perangkat identiknya sendiri selama bertahun-tahun. Klaim mereka telah berfungsi sebagai alarm dasar untuk membenarkan pembentukan pasukan Angkatan Luar Angkasa AS dan militerisasi ruang angkasa.
Selain itu, Angkatan Udara AS telah berinvestasi dalam setengah lusin teleskop berbasis darat siang hari yang akan digunakan untuk melacak satelit di orbit.
Todd Brost, Direktur proyek khusus di perusahaan pertahanan berorientasi luar angkasa ‘Numerica’, mengatakan kepada SpaceNews pada hari Senin (5/4/2021) bahwa perusahaan telah menerima kontrak dari USAF untuk membangun enam teleskop otonom di Colorado, Australia, dan Spanyol.
Meskipun, nilai kontrak tidak diketahui, tetapi Pentagon memberikan Numerica dana $ 3 juta dolar AS pada tahun 2019 untuk mengembangkan teknologi yang diperlukan dalam proyek tersebut.
Pada bulan Agustus, Numerica mengumumkan telah menerima paten untuk desain satelit pelacak siang hari. Setelit pelacak tersebut diyakini dapat melacak satelit hingga 22.000 mil yang merupakan jarak di mana satelit ‘geosynchronous’ mengorbit Bumi.
“Teknologi kami diaktifkan oleh kamera inframerah gelombang pendek berkecepatan tinggi, optik khusus dan algoritma canggih,” ungkap Jeff Shaddix, peneliti utama untuk pelacakan siang hari di Numerica, dalam rilisnya Agustus lalu.
“Latar belakang langit siang hari menciptakan lingkungan kebisingan bidikan yang ekstrem. Kami mengumpulkan 15 GB / menit dari kamera kami dan menerapkan algoritma pemrosesan gambar yang menggabungkan data untuk mengurangi ‘noise’ mendekati batas teoretis. Ini memungkinkan deteksi sinyal satelit redup melebihi apa yang biasanya dapat dicapai untuk sistem optik standar.” tandas Jeff Shaddix, dilansir dari Sputniknews, Rabu (7/4/2021).
Sementara itu, Tood Brost mengatakan kepada SpaceNews hari Senin (5/4) bahwa pemerintah AS paling tertarik untuk “mempertahankan hak asuh objek yang sangat menarik untuk jangka waktu yang lebih lama sehingga Anda tahu apakah mereka bermanuver, atau jika mereka melakukan sesuatu yang tidak biasa,” yang menjelaskan jaringan yang mencakup dunia.
AS memberikan peringatan pada awal tahun 2020, setelah mengklaim Rusia menguji dua satelit “inspektur” yang bermanuver. Satelit tersebut menurut Pentagon dapat digunakan sebagai senjata setelah tampaknya membayangi satelit mata-mata AS selama beberapa waktu. Beberapa bulan kemudian, Pentagon menuduh Moskow menguji senjata anti-satelit ketika salah satu satelit mengerahkan objek yang lebih kecil.
Menurut laporan Agence France-Presse (AFP), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan satelit itu dimaksudkan untuk “memantau kondisi satelit Rusia”, serta satelit negara lain.
Namun, AS juga telah menguji satelit serupa “Prowler” pada tahun 1990 untuk memeriksa satelit di orbit Bumi geosynchronous (GEO). Proyek lain dilakukan pada tahun 2014 oleh Laboratorium Penelitian Angkatan Udara bernama Automated Navigation and Guidance Experiment for Local Space (ANGELS), menguji kemampuan serupa.
“Ini tidak hanya terjadi di Rusia,” ujar Brian Weeden, pakar kebijakan luar angkasa di Secure World Foundation, mengatakan kepada MIT Technology Review pada Februari 2020.
“Ini tidak terjadi setiap hari, tetapi ini adalah kemampuan yang dimiliki China, AS, dan yang lainnya telah diuji dari waktu ke waktu”, jelas Weeden.
Teleskop siang hari bukan satu-satunya metode yang digunakan Departemen Angkatan Udara untuk melacak satelit negara lain dari permukaan bumi: Angkatan Luar Angkasa AS baru-baru ini mengaktifkan satu set radar pengintai ruang angkasa yang kuat di Pulau Kwajalein di Republik Marshall. Pulau untuk melacak objek orbit rendah Bumi, termasuk satelit, tetapi juga sampah luar angkasa.
April lalu, Angkatan Luar Angkasa AS juga meluncurkan Teleskop Pengintai Luar Angkasa, perangkat jarak pandang pendek dan lebar yang dipelopori oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) untuk dengan cepat melihat objek redup di langit. Sistem yang berbasis di Australia Barat memulai kalibrasi pada April 2020 dan akan digunakan untuk melacak satelit serta puing-puing ruang angkasa dan asteroid.[Res]