ISLAMTODAY ID — Baru-baru ini, pesawat tak berawak baru telah menunjukkan peningkatan penggunaan yang pesat di antara pemerintah, dan kelompok militer besar maupun kecil. Kendaraan tersebut seperti kawanan drone, kamikaze dan drone bertenaga AI (Artificial Intelligence), kecerdasan buatan.
Tren yang mengkhawatirkan ini telah membawa tantangan keamanan baru karena perangkat tersebut sulit diidentifikasi oleh sistem pertahanan udara secara akurat.
Laporan Global Times pada hari Jumat (23/4) menyatakan, China mempresentasikan radar pengintai multiguna portabel YLC-48 terbarunya di Pameran Radar Dunia ke-9.
Radar pengintai tersebut dikatakan dapat mendeteksi kendaraan udara tak berawak dengan ketinggian rendah, kecil, dan lebih lambat, bahkan dalam kondisi dampak kebisingan tinggi di dekat tanah.
Menurut Institut Riset No.14, bagian dari China Electronics Technology Group Corporation (CETC) milik negara, perangkat yang dijuluki Drone Terminator itu mampu menemukan dan melacak target “dari sudut mana pun” dan dalam segala cuaca kondisi.
Fitur inovatif lainnya adalah ukurannya kecil yang memungkinkan YLC-48 untuk dibawa oleh satu tentara. Fitur tersebut secara signifikan membedakannya dari perangkat sejenis lainnya.
Permintaan untuk tindakan balasan terhadap drone sipil telah mencapai level baru.
Diketahui perangkat ini sering digunakan oleh kelompok teroris dan pelaku lainnya karena mobilitas, dan ketersediaannya yang meningkat, serta biaya yang rendah.
pesawat tak berawak ‘drone’ tingkat konsumen atau buatan rumah sulit untuk dideteksi atau dicegat, bahkan oleh sistem rudal pertahanan udara jarak pendek berteknologi tinggi karena suaranya dan ukurannya yang kecil.
China dan negara lain, termasuk Rusia, AS, Inggris, Italia, dan Jepang, dikenal sebagai pengembang teknologi drone dan anti-drone terkemuka.
Di AS sendiri, terdapat beberapa program yang berkaitan dengan bidang ini, diantaranya adalah proyek GREMLIN dan studi implementasi antarmuka komputer-otak.[Res]