ISLAMTODAY ID-Taliban mengatakan mereka menyambut baik investasi Beijing dalam rekonstruksi Afghanistan yang dilanda perang, dan menyebutnya negara yang bersahabat.
“Kami menyambut mereka (Cina). Jika mereka memiliki investasi tentu kami menjamin keamanan mereka. Keamanan mereka sangat penting bagi kami,” ujar juru bicara Taliban Suhail Shaheen dalam wawancara baru-baru ini dengan surat kabar South China Morning Post, seperti dikutip dari AA, Senin (12/7).
“Kami telah ke China berkali-kali dan kami memiliki hubungan baik dengan mereka,” ungkapnya.
“China adalah negara sahabat yang kami sambut untuk rekonstruksi dan pengembangan Afghanistan.”
Pernyataan menyambut investasi China datang ketika AS dan pasukan sekutu keluar dari Afghanistan setelah perang 20 tahun.
Sementara itu, AS dan Taliban menandatangani kesepakatan Februari lalu.
Langkah tersebut membuka jalan bagi pasukan asing untuk menarik diri dari Afghanistan, pembebasan tahanan, mengeluarkan para pemimpin Taliban dari daftar hitam teror, dan dukungan internasional untuk membangun kembali negara itu.
Keluarnya pasukan asing telah menyebabkan Taliban meningkatkan tekanan pada pemerintahan Kabul dengan banyak distrik yang jatuh di luar kendali pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Ashraf Ghani.
Selain mengambil alih pemerintahan distrik, Taliban melanjutkan diplomasi mereka ketika delegasi baru-baru ini mengunjungi Iran dan Rusia.
Tanah Afghanistan
Juru bicara Taliban mengatakan kelompoknya tidak akan mengizinkan “kelompok separatis, termasuk Gerakan Islam Turkistan Timur atau ETIM,” beroperasi di Afghanistan.
“Orang-orang dari negara lain yang ingin menggunakan Afghanistan sebagai situs (untuk melancarkan serangan) terhadap negara lain, kami telah membuat komitmen bahwa kami tidak akan mengizinkan mereka apakah itu individu atau entitas terhadap negara mana pun termasuk China,” ungkap juru bicara itu.
“Ini adalah komitmen kami berdasarkan perjanjian Doha. Kami mematuhi kesepakatan itu.”
Lebih lanjut, pada tahun lalu, Washington menghapus ETIM dari daftar kelompok terornya, membuat marah Beijing yang menganggap kelompok tersebut diduga mengobarkan masalah di Xinjiang, di mana China telah dituduh mengasimilasi budaya dan tradisi etnis Uyghur, yang sebagian besar adalah Muslim.
Taliban “mewarisi al-Qaeda” dari pemerintahan mantan Presiden Afghanistan Burhanuddin Rabbani, ujar Shaheen.
“Al-Qaeda milik era masa lalu dan tidak akan diizinkan beroperasi di negara ini lagi.”
Menyusul kepergian pasukan AS, ungkap juru bicara Taliban, “perlu (untuk) mengadakan pembicaraan, dengan Beijing.”
“Kami mengizinkan (al-Qaeda) untuk tinggal di Afghanistan karena mereka tidak memiliki tempat di negara lain,” ungkap juru bicara itu, bersikeras bahwa “sekarang tidak ada lagi anggota al-Qaeda di Afghanistan.”
“Kami tidak akan mengizinkan perekrutan terbuka atau pusat pelatihan atau penggalangan dana apa pun untuk kelompok mana pun di Afghanistan,” tegasnya, dengan mengatakan: “Jika ada orang yang bersembunyi dan kami menemukan mereka, kami akan memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat (tinggal).”
(Resa/AA)