ISLAMTODAY ID-China dilaporkan sedang membangun jaringan silo nuklir di provinsi Xinjiang timur yang terpencil di negara itu, menurut data yang diberikan oleh Federasi Ilmuwan Amerika (FAS).
Pakar nuklir dari lembaga pemikir global nirlaba yang mempelajari citra satelit dari jaringan perusahaan data geospasial Planet Labs menyarankan bahwa konstruksi mungkin telah dimulai Maret ini.
Setidaknya 14 silo tampaknya ditemukan, dengan area yang dibuka untuk konstruksi berpotensi 19 lainnya.
Secara keseluruhan, hingga 110 silo dapat ditempatkan di daerah gurun, klaim para ilmuwan.
Lebih lanjut, ilmuwan tersebut menambahkan bahwa silo bawah tanah biasanya digunakan untuk menampung Rudal Balistik Antarbenua (ICBM) yang dirancang dalam pengiriman senjata nuklir.
Peneliti FAS Matt Korda dan Hans M. Kristensen menulis dalam studi mereka bahwa “ICBM China berpotensi membawa lebih dari 875 hulu ledak (dengan asumsi tiga hulu ledak per rudal) ketika bidang silo rudal Yumen dan Hami selesai,” naik dari perkiraan 185 hulu ledak yang ada.
“Pembangunan silo di Yumen dan Hami merupakan perluasan paling signifikan dari persenjataan nuklir China yang pernah ada,” ungkap studi FAS, seperti dilansir dari Sputniknews, Selasa (27/7).
Hal ini dilaporkan merupakan bidang kedua yang ditemukan melalui citra satelit komersial dalam beberapa pekan terakhir.
Sementara itu, Bulan lalu 119 silo yang sedang dibangun terungkap di dekat Yumen di provinsi Gansu barat laut China, menurut laporan di The Washington Post, mengutip gambar satelit dari James Martin Center for Nonproliferation Studies di Monterey.
Menanggapi laporan di The Washington Post, para ahli nuklir China menolak klaim pangkalan nuklir yang sedang dibangun.
Song Zhongping, mantan instruktur Tentara Pembebasan Rakyat, dikutip oleh South China Morning Post mengatakan bahwa silo nuklir sudah ketinggalan zaman.
“China telah menggunakan peluncur seluler dan membuang silo tetap ini, yang memakan waktu, padat karya, mahal, dan rentan diserang dan dihancurkan,” ungkap Song.
Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di FAS, dikutip oleh Insider mengakui bahwa silo stasioner rentan terhadap serangan.
Namun, dia menambahkan bahwa “solusi” untuk masalah ini bagi China adalah “membangun rudal yang dapat bereaksi cukup cepat untuk keluar dari silo sebelum dihancurkan.”
“Hari ini, beberapa rudal paling modern benar-benar dikerahkan dalam silo, jadi itu sama sekali tidak dianggap tua,” ungkap outlet tersebut mengutip Kristensen.
Beijing tampaknya mengembangkan kemampuan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) canggih dari silo bawah tanah untuk membalas dengan cepat terhadap kemungkinan serangan nuklir, kantor berita AP mengutip Hans Kristensen mengatakan pada Maret tahun ini.
Klaim tersebut muncul setelah analisis serupa dari serentetan foto satelit komersial, yang mendorong para ahli untuk berasumsi bahwa setidaknya 16 silo bawah tanah di tempat pelatihan rudal besar di dekat Jilantai di wilayah utara-tengah negara itu sedang dibangun.
Menurut Kristensen bahwa Silo ini menambah 20 yang berarti China sudah beroperasi dengan ICBM yang lebih tua, DF-5.
Lebioh lanjut, Ia menguraikan bahwa “itu hanya akan merupakan sebagian kecil dari jumlah silo ICBM yang dioperasikan oleh Amerika Serikat dan Rusia”.
Menurutnya, gambar tersebut menunjukkan bahwa China sedang berusaha untuk melawan apa yang mungkin dianggap sebagai ancaman yang meningkat dari AS.
Pentagon telah berargumen dalam laporan tahunannya tentang perkembangan militer China musim panas lalu bahwa Beijing bermaksud untuk meningkatkan kemampuan kekuatan nuklirnya dengan menempatkan lebih banyak ICBM di silo bawah tanah.
“Kebijakan senjata nuklir RRC memprioritaskan pemeliharaan kekuatan nuklir yang mampu bertahan dari serangan pertama dan merespons dengan kekuatan yang cukup untuk menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diterima pada musuh”, laporan itu menegaskan.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang jumlah pasti hulu ledak nuklir yang dimiliki China. Beberapa penilaian menyebutkan angkanya sekitar 290, sementara sebuah laporan oleh Bulletin of Atomic Scientists menyarankan persediaan 350 nuklir di Beijing.
Tahun lalu, China mengatakan tidak berniat untuk bergabung dengan pembicaraan Rusia-AS tentang masa depan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (START), dengan alasan bahwa ia hanya memiliki sebagian kecil dari persenjataan nuklir yang dimiliki oleh Moskow dan Washington.
(Resa/Sputniknews)