ISLAMTODAY ID-Beijing telah berulang kali memperingatkan agar tidak mempolitisasi masalah asal-usul COVID-19.
Lebih lanjut, China juga menolak tuduhan tidak berdasar Washington bahwa virus itu berasal dari laboratorium bio China.
Selama beberapa hari terakhir, China telah menggandakan teorinya yang menuduh bahwa virus corona mungkin telah bocor dari laboratorium Angkatan Darat AS, menurut CNN.
Jaringan berita tersebut mengklaim pada hari Jumat (6/8) bahwa Beijing “memobilisasi para diplomatnya dan aparat propaganda yang luas untuk menyerukan penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke laboratorium Institut Penelitian Medis Angkatan Darat AS untuk Penyakit Menular di Fort Detrick, Maryland.
Langkah ini mengikuti laporan CNN pada hari Kamis (5/8) bahwa badan intelijen AS sedang menggali data genetik yang berkaitan dengan Institut Virologi Wuhan (WIV) China, yang bisa menjadi kunci untuk mengungkap asal mula pandemi COVID-19.
Penyiar mengutip beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan data tersebut berisi cetak biru genetik yang diambil dari sampel virus yang dipelajari di laboratorium WIV, dan bahwa beberapa pejabat percaya sampel ini mungkin menjadi sumber wabah virus corona.
Sementara itu, masih belum jelas bagaimana badan-badan intelijen AS memperoleh data, yang belum diuraikan, ungkap laporan CNN.
Selain itu berdasarkan laporan CNN menambahkan ada kemungkinan data itu diretas.
Untuk menganalisis data dalam jumlah besar seperti itu, komunitas intelijen AS dilaporkan menggunakan superkomputer di Lab Nasional Departemen Energi.
Meskipun para pejabat menggunakan bantuan spesialis berbahasa Mandarin, menguraikan data tidak akan menjadi hal yang mudah, menurut salah satu sumber.
“Jelas ada ilmuwan yang [secara keamanan] dibersihkan. Tapi yang berbahasa Mandarin yang dibersihkan? Itu lingkup yang sangat kecil. Dan bukan sembarang ilmuwan, tetapi yang berspesialisasi dalam bio? Jadi Anda bisa melihat betapa cepatnya ini menjadi sulit” , ungkap mereka seperti dilansir dari Sputniknews, Jumat (6/8).
Selain itu, orang dalam menambahkan bahwa pejabat yang terlibat dalam penyelidikan berharap bahwa menguraikan data akan membantu menjelaskan lebih banyak apakah virus corona bocor dari laboratorium atau ditularkan ke manusia dari hewan di alam liar.
Klaim itu muncul setelah sebuah laporan oleh Partai Republik AS yang dirilis pada hari Senin (2/8) menegaskan bahwa “lebih banyak bukti membuktikan bahwa virus memang bocor dari WIV dan itu terjadi sebelum 12 September 2019”.
Pada bulan Mei, Presiden Joe Biden mengarahkan komunitas intelijen AS menggandakan upaya untuk menyelidiki asal-usul COVID-19 dan melaporkan temuan mereka kepadanya dalam 90 hari.
Instruksi tersebut mengikuti WHO yang mengeluarkan laporan tentang misi pencarian faktanya sendiri ke China.
Lebih lanjut, laporan tersebut menyimpulkan kemungkinan virus bocor dari laboratorium negara di Wuhan sangat rendah.
Pakar Organisasi Kesehatan Dunia berpendapat bahwa ada kemungkinan besar virus itu ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui hewan lain.
China telah membantah klaim kebocoran laboratorium dan mendesak AS dan sekutunya untuk berhenti mempolitisasi masalah ini.
Beijing juga telah menegaskan komitmennya untuk menemukan kebenaran di balik asal-usul virus dengan mitra global berdasarkan pendekatan ilmiah.
Apa yang Terjadi di Fort Detrick?
Adapun Fort Detrick, laboratorium militernya yang mempelajari materi menular mematikan seperti Ebola dan cacar ditutup setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengeluarkan perintah penghentian pada Juli 2019, enam bulan sebelum negara itu melaporkan kasus COVID-19 pertamanya.
Pejabat CDC mengutip “alasan keamanan nasional” tanpa menjelaskan lebih lanjut, sementara Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat untuk Penyakit Menular (USAMRIID) dilaporkan mengklaim pada bulan Agustus tahun itu bahwa penutupan itu karena pusat tersebut tidak memiliki “sistem yang memadai untuk mendekontaminasi air limbah ” dari laboratorium dengan keamanan tertinggi.
Disisi lain, tabloid China yang dikelola negara, Global Times, merilis apa yang digambarkan sebagai korespondensi email antara pejabat CDC di USAMRIID dari tahun 2018 hingga tahun 2019.
Hal tersebut mengungkapkan beberapa pelanggaran di lab Fort Detrick selama inspeksi CDC pada tahun 2019.
Dalam salah satu pelanggaran, CDC mengatakan USAMRIID telah “secara sistematis gagal memastikan penerapan prosedur keamanan hayati dan penahanan yang sepadan dengan risiko yang terkait bekerja dengan agen dan racun terpilih” di laboratorium Fort Detrick.
The Global Times mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengklaim bahwa “beberapa virus yang sangat patogen” di laboratorium “kemungkinan besar dilepaskan” sebagai akibat dari dugaan pelanggaran.
Sumber itu juga menuduh militer Amerika “tidak pernah” memberi tahu publik “tentang apa yang mereka lakukan”.
(Resa/Global Times/Sputniknews/CNN)