ISLAMTODAY ID- Virus COVID19, pertama kali ditemukan pada tahun 2019.
Lebih lanjut, virus ini masih berkembang dan bermutasi hingga sekarang.
Keganasan virus COVID-19 menggoncangkan dunia.
Penyebarannya yang cepat hingga mencapai berbagai belahan benua membuatnya dianggap sebagai ancaman pandemi.
Sejak ditemukan pertama kali di Wuhan, China, berbagai negara yang terinfeksi berlomba-lomba mencari jalan keluar yang efisien untuk menghentikan pandemi COVID-19 ini.
Berikut negara-negara yang memiliki strategi jitu dalam menghadang penyebaran virus covid-19:
Selandia Baru
Negara yang terletak 1.500 kilometer di tenggara Australia ini menggunakan strategi Eliminasi dalam menghadapi pandemi covid-19.
Strategi Eliminasi menurut Michael Baker dan Nick Wilson, Profesor Departemen Kesehatan Publik Universitas Otago Wellington yaitu cara menahan penyebaran pandemi dengan menutup perbatasan dan mewajibkan orang-orang yang baru saja bepergian dari luar wilayah untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.
Melalui tulisannya di The Guardian, Baker dan Nick mengatakan stategi Eliminasi mulai diterapkan di Selandia Baru pada pertengahan Maret 2020.
Lebih lanjut, Baker dan Wilson ungkapkan strategi ini adalah kebijakan yang berbeda dengan langkah mitigasi pandemi pada umumnya.
Sementara itu Amy Gunia dalam artikelnya di TIME menyebut stategi Eliminasi merupakan salah satu kebijakan lockdown yang paling ketat.
Aktivitas di luar rumah yang tidak mendesak dibatasi.
Bahkan hanya beberapa sektor bisnis yang dipertahankan seperti supermarket dan farmasi.
Pada akhirnya, hanya 26 orang di Selandia Baru yang meninggal karena virus corona sejak pandemi dimulai.
Hal ini ditemukan setelah negara berpenduduk 5 juta itu berhasil sepenuhnya menghentikan penyebarannya.
Tapi pertanyaan besar telah muncul. Apakah realistis bagi negara untuk mempertahankan pendekatan tanpa toleransi?
Bahkan yang telah mencakup penguncian ketat untuk wabah kecil, ketika mulai membuka kembali perbatasannya?
Jawaban dari kelompok ahli yang menasihati Pemerintah adalah “Ya”.
Diketuai oleh ahli epidemiologi David Skegg, kelompok itu mengatakan dalam laporan yang sangat dinanti yang dirilis Rabu (11/8) bahwa mereka yakin mungkin untuk mempertahankan strategi eliminasi bahkan setelah lebih banyak orang mulai berdatangan.
“Agar strategi itu berhasil, perbatasan harus tetap ditutup setidaknya selama enam bulan lagi, sampai sebanyak mungkin warga Selandia Baru telah divaksinasi, “ ujar kelompok itu, seperti dilansir dari NZHerald, Rabu (11/8)
Pembukaan kembali secara bertahap setelah itu dapat dimulai dengan awalnya hanya mengizinkan orang yang divaksinasi penuh dari negara-negara di mana pandemi dikendalikan dengan baik.
Vietnam
Para pakar kesehatan masyarakat mengatakan Vietnam berhasil karena melakukan langkah-langkah awal dan tegas untuk membatasi perjalanan masuk.
Selain itu, vietnam dengan cepat meningkatkan penggunaan tes dan sistem untuk melacak orang-orang yang mungkin telah terpapar virus.
Dikutip dari Reuters, 30 April 2020, para peneliti di Universitas Kedokteran Militer milik pemerintah Vietnam, bekerja sama dengan Viet A Corp, telah merancang alat uji, dan pemerintah menyerahkan lisensi kepada perusahaan swasta untuk memproduksi secara massal alat tersebut.
Peningkatan tes massal virus Corona Vietnam berlangsung bersamaan dengan program penelusuran kontak menyeluruh.
Lebih lanjut, Pemerintah Vietnam menempatkan puluhan ribu orang untuk karantina.
Selain itu, Vietnam dengan cepat menerapkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan strategi pengendalian infeksi COVID-19. Sebagian besar strategi sama dengan negara lain.
Rekomendasi WHO antara lain isolasi kasus, contact tracing, karantina, jarak sosial dan penangguhan orang asing masuk ke negara mereka.
Namun, ada satu hal yang paling menonjol dalam kedisiplinan Vietnam yaitu penggunaan masker.
Mengenakan masker telah lama menjadi budaya warga Vietnam untuk melindungi diri dari paparan sinar UV dan polusi.
Maka dari itu, tak sulit bagi mereka untuk mematuhi penggunaan masker tersebut.
Penggunaan masker di Vietnam juga menjadi wajib di transportasi umum sejak Februari lalu dan di ruang publik termasuk supermarket, bandara, dan stasiun sejak 16 Maret.
Bagi yang melanggar dikenakan denda USD13 atau hampir Rp 200 ribu.
Ada 91 persen warga Vietnam yang selalu memakai masker wajah setiap bepergian.
Australia
Sementara itu, menurut Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut bahwa kunci sukses pertama yaitu langkah mitigasi yang disusun matang.
Strategi mitigasi sudah diterapkan sejak saat kasus covid-19 ditemukan di Australia.
Lebih lanjut, langkah mitigasi didukung masyarakat. Sehingga, strategi yang dibuat berhasil diimplementasikan masyarakat seperti penerapan lockdown.
Selain itu, tak hanya dari masyarakat, pelaku usaha juga mematuhi mitigasi tersebut.
Pemerintahan Australia juga melakukan koordinasi terpusat, dimana penangan negara bagian bergantung pada pemerintahan pusat.
Meski saat ini kasus dengan varian delta meningkat tajam, namun kita tunggu beberapa bulan untuk melihat strategi yang efisien dengan varian terbaru ini.
(Resa)