ISLAMTODAY ID-Memasuki ibu kota Afghanistan tanpa perlawanan pada hari Ahad (15/8), gerilyawan Taliban merebut kekuatan politik dan perangkat keras militer yang dipasok AS, termasuk helikopter Humvee dan Black Hawk.
Selain itu, akumulasi Taliban atas peralatan Afghanistan yang dipasok AS sangat besar, kantor berita AP mengutip seorang pejabat pertahanan Amerika yang tidak disebutkan namanya mengkonfirmasi pada hari Senin(16/8)
Harta karun peralatan pertahanan AS yang diberikan kepada pasukan keamanan Afghanistan memang telah disita oleh Taliban, seorang penasihat keamanan nasional Gedung Putih telah mengkonfirmasi.
Jake Sullivan, yang menjabat sebagai penasihat keamanan nasional untuk Gedung Putih Biden, mengkonfirmasi selama briefing Selasa (17/8) bahwa pasukan Taliban telah berhasil mendapatkan “sejumlah besar” peralatan militer AS yang ditinggalkan oleh pasukan keamanan Afghanistan sejak kelompok militan berhasil menguasai Afghanistan.
“Kami tidak memiliki gambaran lengkap, jelas, ke mana perginya setiap artikel bahan pertahanan, tetapi tentu saja cukup banyak yang jatuh ke tangan Taliban,” ujar Sullivan kepada wartawan, seperti dilansir dari Sputniknews, Selasa (17/8).
“Jelas, kami tidak memiliki perasaan bahwa mereka akan dengan mudah menyerahkannya kepada kami di bandara.”
Pernyataan Sullivan datang ketika pejabat itu menawarkan kepada publik Amerika pembaruan terbaru tentang situasi yang berkembang di Afghanistan.
Beberapa saat sebelumnya, Sullivan menolak mengomentari status Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, dengan mengatakan bahwa “pada titik ini [Ghani] tidak lagi menjadi faktor” setelah pemimpin itu meninggalkan jabatannya dan melarikan diri dari negara itu di tengah kedatangan Taliban ke ibu kota.
Topik lain yang ditimbang Sullivan termasuk hubungan antara Taliban dan kelompok teroris Daesh, yang dia tekankan tidak mungkin mengembangkan “hubungan simbiosis” apa pun karena pasangan tersebut memiliki sejarah pertempuran yang “cukup terdokumentasi dengan baik” di masa lalu.
“Saya tidak melihat adanya hubungan simbiosis di sana, meskipun ini adalah skenario yang dinamis, jadi kita harus melihat bagaimana hasilnya,” ujarnya kepada wartawan.
Pengarahan itu juga melihat penasehat itu menghindari pertanyaan tentang apakah pasukan AS akan tetap melewati batas waktu 31 Agustus untuk memastikan bahwa semua warga sipil Amerika dan warga negara Afghanistan yang membawa visa akan diterbangkan dari Bandara Internasional Hamid Karzai.
“Saya tidak akan mengomentari hipotetis,” ujarnya.
Pengakuan Gedung Putih terbaru datang setelah laporan merinci bahwa Taliban telah berhasil menyita sejumlah besar perangkat keras militer Amerika termasuk Humvee dan bahkan helikopter Black Hawk.
Sejak invasi AS ke Afghanistan, pemerintah Amerika menggelontorkan ratusan miliar dolar untuk membangun kembali negara yang dilanda perang itu.
Selama dua puluh tahun terakhir, pemerintah AS telah menggelontorkan sekitar USD145 miliar untuk upaya membangun kembali Afghanistan, menurut Kantor Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan, pengawas kongres yang telah melacak perang Afghanistan sejak tahun 2008.
Data pengawas menunjukkan bahwa USD 145 miliar adalah bagian dari USD 837 miliar yang dihabiskan AS untuk perang, dan USD 83 miliar digunakan untuk mengembangkan dan mempertahankan Angkatan Darat dan pasukan polisi Afghanistan.
“USD83 miliar yang diinvestasikan dalam pasukan Afghanistan selama 20 tahun hampir dua kali lipat anggaran tahun lalu untuk seluruh Korps Marinir AS dan sedikit lebih banyak dari yang dianggarkan Washington tahun lalu untuk bantuan kupon makanan untuk sekitar 40 juta orang Amerika”, catat AP, seperti dilansir dari Sputniknews, Selasa (17/8).
Runtuhnya Pasukan Afghanistan
Menurut Doug Lute, pensiunan letnan jenderal Angkatan Darat AS di bawah mantan Presiden AS George W. Bush dan Barack Obama, salah satu faktor runtuhnya pasukan Afghanistan adalah tidak adanya moral dalam barisan mereka.
“Prinsip perang tetap — faktor moral mendominasi faktor material. Moral, disiplin, kepemimpinan, kesatuan unit lebih menentukan daripada jumlah pasukan dan peralatan. Sebagai orang luar di Afghanistan, kami dapat menyediakan materi, tetapi hanya orang Afghanistan yang dapat memberikan faktor moral yang tidak berwujud”, tegas Lute.
(Resa/Sputniknews/AP)