ISLAMTODAY — Raja Malaysia akhirnya menunjuk Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri pada Jumat (20/8).
Ismail Sabri menggantikan Muhyiddin Yassin yang mengundurkan diri pada awal pekan ini setelah kehilangan mayoritas parlemennya.
Ismail Sabri merupakan wakil PM sebelumnya. Dia mengambil alih kepemimpinan Malaysia di tengah pergulatan negara Asia Tenggara itu dengan lonjakan Covid-19 serta kemerosotan ekonomi. Pengangkatannya membuat partai terbesar Malaysia, United Malays National Organization (UMNO) mengemban kembali peran perdana menteri negara.
Ismail Sabri berusia 61 tahun memperoleh mayoritas tipis di parlemen. Dia mendapatkan 114 dukungan dari 222 anggota parlemen.
“Raja berharap krisis politik segera berakhir dan anggota parlemen dapat mengesampingkan agenda politik mereka, rakyat tidak boleh dibebani oleh krisis politik yang tak berkesudahan saat ini,” kata pernyataan Istana Negara Malaysia.
Raja Malaysia mengatakan bahwa perdana menteri baru harus menghadapi mosi percaya di parlemen untuk membuktikan mayoritasnya segera setelah pengangkatan.
Ismail Sabri akan menjadi perdana menteri ketiga Malaysia sejak pemilihan 2018, setelah UMNO menarik dukungannya untuk Muhyiddin bulan lalu, karena alasan kegagalan mengelola pandemi.
Di pemerintahan Muhyiddin, Ismail Sabri termasuk di antara menteri yang ditugasi membingkai respons Malaysia terhadap pandemi Covid-19. Sebanyak 23.564 kasus tercatat pada Jumat (20/8). Ini merupakan hari ketiga berturut-turut rekor infeksi.
Ismail Sabri yang terpilih sebagai anggota parlemen sejak 2004 menjabat sebagai menteri kabinet di bawah dua perdana menteri lainnya sebelum Muhyiddin. Dia memegang portofolio seperti pembangunan pedesaan dan regional, pertanian dan perdagangan domestik.
Malaysia berada dalam kondisi politik yang berubah-ubah sejak kekalahan UMNO, yang telah memerintah selama lebih dari 60 tahun sejak kemerdekaan.
Dua koalisi telah runtuh sejak itu karena pertikaian. Kemarahan publik telah tumbuh di tengah politik, karena infeksi menyebar dengan kecepatan tinggi, meskipun penguncian diperpanjang dan vaksinasi ditingkatkan.
Deretan Tugas Berat Menanti
Tugas berat sudah menanti Sabri karena selain urusan pandemi, dia juga harus mendongkrak perekonomian Negeri Jiran yang lesu akibat lockdown serta mencari jalan keluar pertikaian elite politik.
Menurut laporan Reuters, Jumat (20/8), Ismail dilaporkan mendapat dukungan 114 dari 222 anggota parlemen. Salah satu gerbong pendukungnya adalah kelompok yang sama yang juga mendukung PM Interim saat ini, Muhyiddin Yassin, yang mengundurkan diri karena kehilangan dukungan mayoritas di parlemen.
Hal itu memperlihatkan koalisi politik yang ada di belakang Ismail sebenarnya cukup rapuh karena rentan terlibat perselisihan dan membuat koalisi serta pemerintahannya di masa mendatang goyah.
Dalam pernyataan pers, Istana Kerajaan Malaysia berharap krisis politik segera berakhir dan seluruh anggota parlemen mengesampingkan agenda politik untuk bersatu dan bekerja sama menghadapi pandemi Covid-19 serta demi kemaslahatan rakyat dan negara.
Penunjukan Ismail sebagai PM juga membuka kembali peluang Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) merebut tampuk kekuasaan di Negeri Jiran, setelah kalah pada pemilihan umum 2018 akibat isu korupsi.
Belum lama ini Muhyiddin mengangkat Ismail sebagai wakil PM dengan harapan meraih hati UMNO supaya tidak mencabut dukungan. Sebab, UMNO selama lebih dari 60 tahun selalu menjadi partai penguasa di Malaysia dan tidak pernah menjadi oposisi.
Sebagai Wakil PM, Ismail yang diberi kendali atas bidang pertahanan dan keamanan adalah salah satu pejabat kunci yang berhadapan langsung dengan penanganan pandemi di Negeri Jiran. Jumlah kasus Covid-19 di negara itu mencapai lebih dari 1.5 juta orang, dengan 13.480 orang meninggal.
Ismail juga menjadi sasaran kemarahan penduduk Malaysia karena kebijakan lockdown yang beberapa kali diterapkan pemerintah tidak kunjung menekan penyebaran Covid-19. Selain itu, kelompok pegiat hak asasi manusia di Malaysia mengkritik lembaga keamanan di bawah kendali Ismail karena menahan dan mengusir ribuan pendatang gelap dan pengungsi dengan alasan mencegah penyebaran virus corona.
Muhyiddin menggalang dukungan dari UMNO dan partainya, Partai Bersatu, buat membentuk pemerintahan setelah koalisi Pakatan Harapan yang menyokong Mahathir Mohamad, berantakan pada tahun lalu. Akan tetapi, justru UMNO yang memilih mencabut dukungan dari Muhyiddin dengan alasan gagal menangani pandemi.
Walau demikian, Ismail menyatakan tetap mendukung pemerintahan sampai Muhyiddin akhirnya mengundurkan diri.
Menurut peneliti tamu bidang politik di Institut Hubungan Internasional Singapura, Oh Ei Sun, koalisi dalam pemerintahan Ismail kemungkinan besar tidak terlalu solid karena dukungan yang didapat juga tipis serta kalangan internal UMNO terbelah.
“Masih banyak yang tidak menyukai dia (di UMNO) karena mereka berpikir dia mengkhianati partai dan maka dari itu dia bisa ke jabatan tertinggi,” kata Oh.
Mitra koalisi Ismail juga bisa menggunakan isu korupsi buat menggoyang pemerintahan jika ada hal-hal yang tidak disepakati secara politik. Sebab Muhyiddin dan Partai Bersatu akan mendukung Ismail dengan syarat anggota kabinetnya bebas dari kasus dugaan korupsi.
Padahal saat ini sejumlah politikus UMNO terbelit perkara dugaan rasuah, antara lain Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi dan mantan PM Najib Razak, terkait dugaan korupsi dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB).[Reuters/CNN/Rol]