ISLAMTODAY — Mantan Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla, mengaku dekat dan pernah beberapa kali bertemu dengan petinggi kelompok yang kini kembali berkuasa di Afghanistan, Taliban, termasuk Mullah Abdul Ghani Baradar.
“Saya juga dekat dengan petinggi Taliban, pernah bertemu di Doha, Qatar, dan berbicara sampai malam dengan Mullah Baradar,” pungkas JK dalam wawancaranya dengan CNN Indonesia TV pada Minggu (22/8).
JK menilai kedekatannya dengan petinggi Taliban wajar karena dilakukan demi kepentingan membantu proses perdamaian di Afghanistan.
Selama ini, JK memang dikenal aktif dalam upaya perdamaian di Afghanistan. Saat masih menjabat sebagai Wapres RI periode 2014-2019, JK pernah beberapa kali pergi ke Kabul hingga mengundang pemerintah Afghanistan dan Taliban secara terpisah ke Jakarta.
“Tentang kedekatan saya dengan Taliban, ini kan praktik bagaimana mendamaikan suatu kelompok. Ya, harus kenal kedua belah pihak. Tidak mungkin kita berusaha mendamaikan Afghanistan, tapi tidak mengenal pemerintahnya dan juga pihak lain yang terlibat, dan dalam hal ini Taliban,” jelas JK.
Oleh karena itu, JK menuturkan semasa dia menjabat sebagai Wapres RI periode 2014-2019, ia pernah mengundang perwakilan pemerintah Afghanistan dan petinggi Taliban untuk makan di rumah dinasnya di Jakarta Pusat.
DK PBB
JK bahkan menceritakan perjuangannya meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencabut status teroris terhadap 12 petinggi Taliban agar bisa datang ke Indonesia.
JK menuturkan Indonesia menjadi negara pertama yang didatangi petinggi Taliban setelah status teroris mereka dicabut PBB.
“Ini adalah cara kita membantu mendamaikan negara lain, jadi harus mengenal kedua belah pihak. Ini adalah amanat konstitusi Indonesia, di mana dalam Undang-Undang Dasar Indonesia wajib membantu menciptakan perdamaian dunia,” jelas JK.
“Jadi apa yang pemerintah lakukan, yang saya lakukan waktu itu, adalah menjalankan konstitusi. Anda tidak mungkin mendamaikan Afghanistan tanpa kenal baik kedua belah pihak.
Akan tetapi, JK mengaku belum pantas disebut sebagai mediator atau negosiator karena tak bisa mempertemukan pihak pemerintah Afghanistan dan Taliban secara langsung.
JK menuturkan dia hanya mencoba membangun persepsi yang sama antara pemerintah Afghanistan dan Taliban agar ke depannya bisa berdialog secara damai.
JK menegaskan bahwa ia optimistis kepemimpinan Taliban di Afghanistan kali ini akan lebih terbuka dibandingkan dengan 25 tahun lalu ketika kelompok itu berkuasa.
Menurutnya, para pemimpin Taliban saat ini menyadari bahwa mereka membutuhkan pengakuan internasional untuk bisa memerintah di Afghanistan.
Sementara itu, untuk mendapatkan pengakuan internasional, Taliban tidak bisa memerintah dengan cara terlalu konservatif atau tertutup, dan brutal.
“Kita optimistis saja, dengan catatan lihat ke depan nanti dan mendoakan agar apa yang mereka cita-citakan dalam membentuk pemerintahan terbuka, inklusif, dan melindungi hak perempuan, itu terjadi,” tandas JK.
“Jika lihat 25 tahun lalu, Taliban sangat brutal tentu itu menjadi trauma bagi masyarakat Afghanistan. Tapi Saya yakin tidak akan kembali seperti itu karena dari pengalaman itu, mereka sadar tidak bisa memerintah dengan cara seperti itu,”tegasnya.[CNN/IZ]