ISLAMTODAY ID- Kelompok Taliban belum memiliki informasi tentang siapa yang bertanggungjawab atas serangan teroris di bandara Kabul, Mohammad Naeem, juru bicara kantor politik Taliban mengatakan kepada Sputnik, Kamis (26/8).
Pada hari Kamis (26/8), setidaknya empat ledakan terjadi di dekat bandara Kabul di tengah evakuasi kontingen militer Barat.
“Kami sudah dengar, tapi masih belum tahu pihak mana [yang bertanggung jawab]. Kami tidak tahu,” ujar Naeem, seperti dilansir dari Sputniknews, Kamis (26/8).
Ketika ditanya apakah ada ancaman sebelum serangan itu, Naeem memberikan komentar.
“Beberapa negara bagian telah memperingatkan bahwa sesuatu mungkin terjadi. Tapi kami tidak tahu siapa itu saat ini,” ungkapnya.
Pada saat yang sama, Naeem mengatakan dia tidak mengesampingkan kemungkinan keterlibatan Daesh dalam serangan teroris di bandara internasional Kabul.
“Kami tidak bisa mengatakan ini. Tetapi semua opsi dimungkinkan,” ujar Naeem kepada Sputnik ketika ditanya tentang tanggung jawab ISIS atau sel Taliban di Pakistan atas serangan teroris di bandara.
Lebih lanjut, Mohammad Naeem mengkonfirmasi kepada Sputnik bahwa setidaknya 52 orang terluka dalam dua ledakan di luar bandara Kabul pada hari Kamis (26/8).
Berdasarkan data terbaru, setidaknya 103 orang – 90 warga sipil Afghanistan dan 13 tentara AS – tewas dalam serangan tersebut, seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (27/8).
Menurut pejabat Taliban, sedikitnya 72 warga sipil tewas dalam dua ledakan di luar bandara Kabul.
Sementara itu, kelompok teroris Daesh-Khorasan dilaporkan mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Beberapa negara mengutuk serangan itu, termasuk Rusia, Prancis, Turki, dan India.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah Taliban menguasai ibu kota Afghanistan di tengah penarikan pasukan AS.
Setelah perkembangan tersebut, banyak negara bergegas untuk mengevakuasi warga dan personel diplomatik mereka karena situasi keamanan yang genting dan berkembang.
Beberapa negara, seperti Inggris, telah berjanji untuk menerima sejumlah pengungsi Afghanistan yang membantu pasukan AS dan Koalisi selama perang 20 tahun.
(Resa/Sputniknews)