ISLAMTODAY ID-Pada konferensi pers bulanan di Beijing pada Kamis (26/8), juru bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei menyalahkan AS atas “kesulitan serius” dalam hubungan bilateral.
Tan Kafei menyoroti strategi “penahanan komprehensif” pemerintahan Biden terhadap negaranya untuk mempertahankan dominasi di kawasan itu, menurut Newsweek.
Kefei mengatakan bahwa AS dengan kedok kebebasan navigasi di Laut China Selatan, menunjukkan kekuatannya dengan berlayar menggunakan kapal perang dan menciptakan ketidakstabilan di kawasan itu.
“Saat ini, hubungan antara China, Amerika Serikat, dan kedua militer menghadapi kesulitan serius pada saat yang penting. Akar penyebabnya adalah obsesi AS dengan hegemoni dan Perang Dingin dan mentalitas zero-sum,” ujar Kafei seperti dilansir dari ZeroHedge, Kamis (26/8).
“AS tidak menerima dan tidak akan mengizinkan atau mengakomodasi China saat China tumbuh lebih kuat,” tambahnya.
“Ini memperlakukan China sebagai saingan strategis dan ancaman keamanan, menerapkan penahanan dan penindasan komprehensif terhadap China sambil secara serius merusak kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China.”
Lebih lanjut, komentar tersebut muncul saat Wakil Presiden AS Kamala Harris sedang melakukan tur keliling Asia Tenggara dan telah meminta negara lain untuk menekan Beijing atas tindakannya di Laut China Selatan.
“Kita perlu menemukan cara untuk menekan dan meningkatkan tekanan, terus terang, pada Beijing untuk mematuhi Konvensi PBB tentang Hukum Laut, dan untuk menantang intimidasi dan klaim maritim yang berlebihan,” ujar Harris.
Selain Harris, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan: “Klaim Beijing atas sebagian besar Laut China Selatan tidak memiliki dasar dalam hukum internasional.”
Untuk diketahui, Laut Cina Selatan menjadi fokus karena merupakan jalur pelayaran kaya sumber daya yang merupakan rute paling vital bagi kapal komersial secara global.
China terus mengklaim semua perairan, tetapi pengklaim lainnya, seperti Vietnam, Malaysia, dan Filipina, juga telah mengklaim sebagian dari laut tersebut.
“[Kami] tidak meminta negara-negara di kawasan untuk memilih antara Amerika Serikat dan China. Faktanya, banyak kemitraan kami di kawasan ini lebih tua dari Republik Rakyat China sendiri,” ungkap Austin.
Lebih lanjut, Kefei mengatakan bahwa komentar Austin “tidak bertanggung jawab dan salah.”
Sementara itu, tepat di utara Laut Cina Selatan adalah Taiwan.
Pada Rabu (25/8), Tokyo dan Taipei mengadakan pertemuan untuk membahas sikap Beijing yang semakin agresif terhadap Taiwan pada akhir minggu.
(Resa/Newsweek/ZeroHedge)