ISLAMTODAY ID-Pembicaraan denuklirisasi antara Korea Utara dan Amerika Serikat telah terhenti.
Washington menyerukan Pyongyang untuk menjauh dari program nuklirnya, dan khususnya situs nuklirnya, Yongbyon.
AS enggan menawarkan keringanan sanksi yang menyebabkan kesepakatan itu berantakan.
Ada tanda-tanda bahwa operasi dilanjutkan di Yongbyon, sebuah reaktor nuklir penghasil plutonium di Korea Utara, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan dalam sebuah laporan, menurut Wall Street Journal.
“Sejak awal Juli, sudah ada indikasi, termasuk pembuangan air pendingin, konsisten dengan pengoperasian reaktor,” ujar laporan IAEA, seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (30/8).
Sementara itu, Gagasan restart reaktor DPRK adalah “sangat meresahkan” dan akan “jelas” melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kekhawatiran dipicu dalam laporan bahwa Pyongyang mungkin meningkatkan produksi plutonium, dengan IAEA mengatakan ada indikasi penggunaan laboratorium terdekat untuk memisahkan plutonium dari bahan bakar bekas yang sebelumnya dikeluarkan dari reaktor.
Tercatat dalam laporan bahwa reaktor Yongbyon tidak aktif sejak Desember 2018, hingga awal Juli.
Setelah pertemuan puncak antar-Korea di Pyongyang pada September 2018, Korea Utara berjanji untuk menutup situs nuklirnya di Tongchang dan Yongbyon tetapi tidak ada kesepakatan resmi yang mengikuti janji tersebut.
Sejak itu, IAEA mengatakan beberapa kali bahwa mereka mengamati aktivitas di situs-situs ini, tetapi mencatat bahwa mereka tidak dapat memperkirakannya secara rinci karena kurangnya akses.
Baru-baru ini, menurut laporan bulan Maret, pembangkit uap berbahan bakar batu bara di kompleks nuklir Yongbyon Utara dilaporkan telah kembali beroperasi setelah jeda dua tahun.
(Resa/Sputniknews/Wall Street Journal)