ISLAMTODAY ID-Korea Utara menembakkan proyektil tak dikenal ke arah laut di lepas pantai timurnya di tengah seruan Pyongyang agar AS dan Korea Selatan membatalkan “kebijakan bermusuhan” mereka.
Korea Utara menuduh Amerika Serikat bermusuhan dan menuntut pemerintahan Biden untuk secara permanen mengakhiri latihan militer bersama dengan Korea Selatan bahkan ketika negara itu melanjutkan uji coba senjata baru-baru ini yang tampaknya bertujuan untuk menekan Washington dan Seoul atas diplomasi nuklir yang lambat.
Komentar Duta Besar Korea Utara Kim Song pada hari terakhir Majelis Umum PBB pada hari Senin (27/9) tercetus tak lama setelah militer Korea Selatan mengatakan Korea Utara menembakkan proyektil tak dikenal ke perairan timurnya.
Uji coba terbaru Korut pada hari Selasa (28/9) yang mengikuti dua putaran uji coba rudal sebelumnya bulan ini.
Hal itu menunjukkan bahwa negara itu kembali ke teknik yang terbukti benar dalam menggabungkan demonstrasi senjata dan tawaran perdamaian untuk merebut konsesi di tengah negosiasi yang telah lama terhenti mengenai program senjata nuklirnya .
Kepala Staf Gabungan Seoul tidak segera mengatakan apa yang diluncurkan Korea Utara dalam tes terbarunya atau seberapa jauh senjata itu terbang.
Sementara itu, di Majelis Umum, Kim membenarkan pengembangan “pencegah perang” Korea Utara sebagai kebutuhan untuk mempertahankan diri dari ancaman AS.
Lebih lanjut, Kim Song juga menuduh Korea Selatan mengkhianati perjanjian perdamaian antar-Korea dengan memprioritaskan sekutu Baratnya daripada “keharmonisan nasional.”
Dia menuntut agar Amerika Serikat “secara permanen” menghentikan latihan militernya dengan Korea Selatan, yang secara tradisional digambarkan oleh Korea Utara sebagai latihan invasi, dan mengakhiri penyebaran senjata strategis AS ke Semenanjung Korea.
“Kemungkinan pecahnya perang baru di Semenanjung Korea tidak bisa dicegah karena belas kasihan AS pada DPRK. Itu karena negara kita adalah pencegah yang dapat diandalkan yang dapat mengendalikan kekuatan musuh dalam upaya invasi militer,” ujar Kim, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (28/9).
Pernyataan tersebut mengacu pada Korea Utara dengan singkatan nama resminya, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
‘Kebijakan Bermusuhan’
Kim menyerukan Amerika Serikat untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas semenanjung dan dunia dengan menarik kebijakan anakronistik, bermusuhan terhadap DPRK dengan cara yang berani dan lengkap.
Kebijakan bermusuhan atau ‘Hostile policy’ adalah istilah yang digunakan Korea Utara terutama untuk merujuk pada sanksi yang dipimpin AS atas program senjata nuklirnya dan latihan militer gabungan AS-Korea Selatan.
Korea Utara juga semakin mengkritik peran keamanan Amerika Serikat secara luas di Asia-Pasifik di tengah persaingan yang semakin ketat dengan China, sekutu utama Pyongyang dan jalur kehidupan ekonomi.
Analis mengatakan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menggunakan keinginan Korea Selatan yaitu keterlibatan antar-Korea untuk menekan Seoul mengekstraksi konsesi dari pemerintahan Biden atas kepentingan Korsel.
Konsesi tersebut tercetus saat Korsel memperbarui upaya untuk memanfaatkan senjata nuklirnya untuk keuntungan ekonomi yang sangat dibutuhkan.
Dalam pidato mereka di Majelis Umum pekan lalu, baik Presiden Joe Biden dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan harapan untuk secara diplomatis menyelesaikan kebuntuan dengan Korea Utara sambil menghindari ketegangan baru yang diciptakan oleh uji coba terbaru Korea Utara.
Biden mengatakan pemerintahannya akan mencari “diplomasi serius dan berkelanjutan” untuk denuklirisasi Semenanjung Korea.
Perang Korea
Moon, yang ingin Korea Utara tetap menjadi prioritas di Washington, membuat dorongan yang lebih ambisius untuk memecahkan kebuntuan diplomatik.
Lebih lanjut, dia menyerukan para pemimpin Korea, Amerika Serikat, dan China untuk menyatakan berakhirnya Perang Korea.
Konflik tahun 1950-53, di mana Korea Utara dan sekutu China berhadapan dengan Korea Selatan dan pasukan PBB yang dipimpin AS, berakhir dengan gencatan senjata tetapi tidak pernah ada perjanjian damai.
Korea Utara menolak tawaran Moon beberapa hari kemudian dengan mengatakan bahwa deklarasi seperti itu akan berakhir menjadi “tabir asap” untuk menutupi permusuhan AS.
Lebih lanjut, langkah itu semakin memperjelas bahwa pihaknya tidak tertarik pada pernyataan politik kecuali jika mereka memberikan keringanan sanksi.
Tetapi Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara yang berpengaruh, mengatakan negaranya akan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan dengan Selatan.
Selain itu, dia mengakatan bahwa Korut bahkan mungkin membahas pertemuan puncak lain antara para pemimpin mereka—jika Seoul menghentikan permusuhan dan kritik publiknya tentang perkembangan militer Korea Utara.
Negosiasi nuklir telah terhenti sejak runtuhnya pertemuan antara Kim dan mantan presiden Donald Trump pada Februari 2019.
Saat itu, Amerika menolak tuntutan Korea Utara untuk penghapusan besar-besaran sanksi yang dipimpin AS atas program senjata nuklirnya dengan imbalan pembongkaran fasilitas nuklir yang sudah tua.
Itu hanya berarti penyerahan sebagian dari kemampuan nuklirnya.
Kim dalam pidato politik baru-baru ini telah bersumpah untuk meningkatkan penangkal nuklirnya dalam menghadapi tekanan AS.
Pemerintahnya sejauh ini menolak tawaran pemerintahan Biden untuk melanjutkan pembicaraan tanpa prasyarat.
Pemerintahan Kim mengatakan bahwa Washington harus meninggalkan kebijakan permusuhannya terlebih dahulu.
(Resa/TRTWorld)