ISLAMTODAY — Kepala Staf pertahanan Inggris Jenderal Nick Carter menilai risiko pecahnya perang yang tidak disengaja antara Rusia dan Barat lebih besar daripada selama Perang Dingin.
Nick Carter menilai ketegangan antara kedua kekuatan itu perlu diwaspadai.
“Saya hanya berpikir bahwa kita berada di dunia yang jauh lebih kompetitif daripada 10 atau 15 tahun yang lalu. Dan saya pikir sifat persaingan antara negara dan kekuatan besar, mengarah ke ketegangan yang lebih besar. Dan saya pikir ketegangan adalah hal yang perlu diwaspadai,” pungkas Jenderal Nick Carter, Ahad (14/11), dilansir dari CNN.
Ia membandingkan situasi saat ini dengan masa-masa sebelumnya selama karir militernya sejak 1978.
“Ketika Anda dan saya tumbuh dewasa, itu adalah dunia bipolar. Dua blok: Uni Soviet dan Barat. Kami kemudian memasuki periode di mana itu unipolar dan Amerika Serikat sepenuhnya unggul,” ujar Nick kepada wartawan Tom Newton Dunn.
Kini, dunia memasuki periode dimana lebih multi-kutub. Dalam dunia multi-kutub orang-orang bersaing untuk tujuan dan agenda yang berbeda.
“Ada risiko ketegangan yang lebih besar dan mengarah ke hal-hal yang kita bicarakan,” jelas Nick.
Nick Carter mengingatkan para politisi agar tidak memprovokasi eskalasi yang tidak perlu.
Ia juga mengimbau untuk berhati-hati atau waspada agar orang-orang tidak membiarkan sifat suka berperang dari beberapa politik berakhir pada posisi yang mengarah pada salah perhitungan.
“Banyak alat dan mekanisme diplomatik tradisional yang Anda dan saya besarkan dalam Perang Dingin: ini sudah tidak ada lagi. Dan tanpa alat dan mekanisme itu, ada risiko lebih besar bahwa eskalasi atau eskalasi ini dapat menyebabkan salah perhitungan. Jadi Saya pikir itulah tantangan nyata yang harus kita hadapi,” tandasnya.
Saat ia ditanyai apakah Rusia terlibat dalam krisis migrasi di perbatasan UE-Belarus? Jenderal Carter mengatakan dia tidak tahu. Namun tidak ada yang akan mengejutkan dengan spekulasi tersebut.
“Sebab saya pikir lingkungan modern, dan karakter konflik dan peperangan yang berubah yang telah saya jelaskan, membuka kemungkinan bagi orang untuk menggunakan segala macam alat dan taktik dan teknik yang berbeda untuk mencoba dan mendapatkan kohesi kami,” pungkasnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah membantah terlibat dalam krisis perbatasan.
Putin menegaskan bahwa negaranya tidak ada hubungannya dengan isu tersebut.
“Saya ingin memberitahu Anda sesuatu yang lain. Saya ingin semua orang tahu. Kami sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu. Semua orang mencoba untuk membebankan tanggung jawab kepada kami untuk alasan apa pun dan tanpa alasan sama sekali,” jelas Putin dalam wawancara dengan media Russia 24.
Sumber: CNN/Russia 24