ISLAMTODAY ID-Pasukan Israel menyerbu rumah Abu Shukhaidem, yang menembak dan membunuh seorang Israel dan melukai empat lainnya di Kota Tua pada hari Ahad (21/11).
Seorang menteri Israel pada hari Senin (22/11) menyerukan untuk memasang kembali detektor logam di gerbang masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki setelah seorang Palestina dan seorang Israel dari Afrika Selatan tewas dalam insiden penembakan pada hari Ahad (21/11).
Yoaz Hendel, menteri komunikasi, mengatakan bahwa Israel “harus memastikan bahwa tidak ada orang bersenjata yang memasuki Yerusalem”.
“Soal metal detector harus dikaji ulang. Kami sudah menyerah pada ini di masa lalu dan tidak mungkin untuk menyerah di masa depan,” ungkapnya, hari Ahad (21/11), seperti dilansir dari MEE, Senin (22/11).
Untuk diketahui, Israel memasang detektor logam pada musim panas tahun 2017 di gerbang lapangan terbuka Haram al-Sharif, yang dikenal orang Yahudi sebagai Temple Mount.
Langkah itu dikecam oleh orang-orang Palestina yang pada saat itu menolak memasuki kompleks itu melalui penghalang Israel sebagai protes.
Tindakan itu dilakukan setelah tiga warga Palestina Israel, dari kota Oum al-Fahm, menembak dua penjaga keamanan Israel di dekat gerbang Al-Aqsa pada Juli 2017.
Israel harus melepas detektor logam di tengah meningkatnya protes di Yerusalem dan peringatan dari intelijen Israel tentang eskalasi di Tepi Barat yang diduduki.
Penumpasan di Yerusalem
Pada hari Ahad (21/11), Fadi Abu Shukhaidem, seorang guru berusia 42 tahun, menembak mati Eliyahu David Kay, yang baru saja pindah ke Israel dan menyelesaikan dinas militernya, menurut Times of Israel.
Abu Shukhaidem, yang mengenakan pakaian ultra-ortodoks selama penembakan, melukai empat orang lainnya di area Gerbang Rantai Kota Tua sebelum ditembak dan dibunuh.
Dia dipuji oleh gerakan Hamas yang memerintah Jalur Gaza sebagai salah satu “pemimpin” di Yerusalem.
Dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penembakan itu adalah “pesan” dan “peringatan kepada musuh kriminal,” mengacu pada Israel, “untuk menghentikan serangan di tanah kami dan tempat-tempat suci kami.”
Lebih lanjut, pernyataan tersebut menambahkan bahwa Israel “akan membayar harganya” untuk penyerangan di masjid Al-Aqsa, lingkungan Silwan dan Sheikh Jarrah, lapor berita al-Watan Voice yang berbasis di Gaza.
Pihak berwenang Israel telah melancarkan tindakan keras terhadap keluarga Abu Shukhaidem sejak insiden itu. Mereka menyerbu rumahnya di kamp pengungsi Shufaat, serta Rashidiya, sebuah sekolah di seberang tembok kuno Yerusalem tempat dia mengajar.
Pasukan Israel juga menggerebek rumah Adnan Gheith, Wali Kota Otoritas Palestina di Yerusalem, pada Ahad (21/11) malam.
Menurut kantor berita Wafa, tentara Israel menembakkan granat kejut ke rumah walikota di lingkungan Silwan, memukulinya dan anggota keluarganya, menyebabkan luka-luka, dan menangkap tiga dari mereka.
Gheith, yang tinggal di Yerusalem Timur, telah masuk dan keluar dari tahanan Israel sebanyak 28 kali sejak tahun 2018.
Sejak itu, dia dilarang oleh otoritas Israel memasuki Kota Tua dan kota-kota di Tepi Barat atau berkomunikasi dengan 51 tokoh nasional Palestina.
Dalam insiden terpisah pada hari Ahad (21/11), seorang warga Palestina berusia 18 tahun dari Jenin di Tepi Barat menikam dan melukai seorang pria Israel di Jaffa dekat kota pesisir Tel Aviv, sebelum penangkapannya.
(Resa/Times of Israel/MEE/al-Watan Voice)