ISLAMTODAY ID-Israel meluncurkan beberapa serangan udara dengan helikopter serang ke Jalur Gaza pada Sabtu (1/1) larut malam setelah militer mengatakan bahwa Hamas menembakkan roket ke Israel, meskipun mereka telah mendarat di Laut Mediterania di Israel tengah.
“Saat kembang api menerangi langit untuk merayakan Tahun Baru 2022 di seluruh dunia, jenis api yang berbeda datang dari tembakan roket teroris Gaza ke Israel,” ujar Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam pesan hari Ahad (2/12) di Twitter.
“Sebagai tanggapan, kami baru saja menyerang situs Hamas di Gaza, termasuk situs pembuatan roket & pos militer yang digunakan untuk aktivitas teroris,” ungkap Pasukan Pertahaan Israel (IDF), seperti dilansir dari
ZeroHedge, Ahad (02/12).
Ini menandai gejolak signifikan pertama dalam pertempuran yang melibatkan serangan udara besar-besaran sejak berakhirnya perang 11 hari antara Israel dan Hamas pada bulan Mei.
Namun dalam kasus ini tidak ada korban yang dilaporkan selama serangan udara, meskipun Hamas menuduh bahwa Israel menargetkan infrastruktur pertanian sebagai hukuman.
Di pihak Israel, “Tidak ada sirene yang dibunyikan dan sistem intersepsi roket Iron Dome Israel tidak berfungsi, kata tentara dalam sebuah pernyataan,” ungkap Al Jazeera.
Seorang juru bicara Hamas bersumpah selama akhir pekan bahwa “perlawanan kami akan berlanjut” untuk “membebaskan tanah kami”.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berbicara dalam rapat kabinet mingguannya mengenai serangan udara tersebut, dengan mengatakan bahwa, “Siapa pun yang mengarahkan rudal ke Israel, bertanggung jawab.”
Ada hari-hari ketegangan menjelang pertempuran akhir pekan, termasuk seperti yang dilaporkan AP “Pada hari Rabu, gerilyawan Palestina menembak seorang kontraktor Israel yang bekerja di sepanjang pagar perbatasan dan Israel menanggapi dengan tembakan tank ke posisi-posisi militan dalam apa yang merupakan baku tembak pertama di bulan.”
Selain itu, komunitas Palestina mengamati dengan seksama nasib Hisham Abu Hawash, seorang anggota Jihad Islam yang telah melakukan mogok makan selama lebih dari 130 hari saat berada dalam tahanan Israel, yang dilaporkan baru saja mengalami koma.
Kelompok militan telah bersumpah bahwa jika Hawash mati, mereka akan melancarkan serangan ke Israel.
Dengan kesehatannya yang menurun dan masih dalam tahanan Israel, Gaza berada di ujung tanduk dan mengharapkan lebih banyak pertempuran yang akan datang.
Mesir sementara itu berusaha untuk campur tangan secara diplomatis, sehingga pertempuran tetap terbatas pada peristiwa 12 jam terakhir.
“Tidak ada pihak yang menginginkan perang besar-besaran,” ungkap seorang diplomat Mesir dikutip oleh AP.
“Mereka hanya menginginkan jaminan dan langkah di lapangan.”
(Resa/TRTWorld/Al Jazeera)