ISLAMTODAY ID – Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan bahwa junta yang berkuasa di Mali “di luar kendali” dan menyebut junta itu tidak sah.
Pemerintah Mali telah memberi duta besar Prancis 72 jam untuk meninggalkan negara itu atas komentar “keterlaluan” oleh otoritas Prancis tentang pemerintahan transisinya.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pada hari Jumat (28/1) bahwa junta yang berkuasa di Mali “di luar kendali” di tengah meningkatnya ketegangan antara negara Afrika Barat dan mitra Eropanya mengenai kerja sama militer dan pemilihan.
Dia juga menyebut junta tidak sah.
Menteri pertahanan Prancis Florence Parly mengatakan pada hari Sabtu (29/1) bahwa pasukan Prancis tidak akan tinggal di Mali jika harganya terlalu tinggi.
“Duta Besar Prancis untuk Bamako dipanggil dan diberitahu tentang keputusan pemerintah yang mengundangnya untuk meninggalkan wilayah nasional dalam waktu 72 jam menyusul komentar bermusuhan dan keterlaluan oleh menteri luar negeri Prancis baru-baru ini,” ungkap pernyataan pemerintah, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (31/1).
Hubungan Hancur
Hubungan antara junta militer Mali dan mitra internasionalnya hampir putus setelah gagal menyelenggarakan pemilihan setelah dua kudeta militer.
Pada hari Rabu (26/1), junta meminta Prancis untuk berhenti mencampuri urusan bekas jajahannya dan menjaga “refleks kolonial” untuk dirinya sendiri.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pada hari Jumat (28/1) bahwa situasinya menjadi tidak dapat dipertahankan, karena sekutu Eropa setuju untuk menyusun rencana dalam waktu dua minggu tentang bagaimana menyesuaikan kampanye mereka, yang mencakup Mali dan wilayah Sahel yang lebih luas, dengan keadaan yang berubah.
“Kondisi intervensi kami, baik militer, ekonomi, atau politik, semakin sulit diatur,” ungkap Parly.
“Singkatnya, kami tidak siap membayar harga tak terbatas untuk tetap berada di Mali.”
Namun dia mengatakan para menteri dari 15 negara yang terlibat dalam pasukan khusus Eropa untuk saat ini bersatu dalam keinginan dalam mempertahankan misi, “jadi kita harus menentukan kondisi barunya.”
(Resa/TRTWorld)