ISLAMTODAY ID – Washington memiliki ‘berbagai alat’ untuk berurusan dengan perusahaan asing yang menolak untuk mematuhi sanksi AS.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengancam bisnis China dengan hukuman ekonomi jika mereka memutuskan untuk bekerja dengan Rusia melalui sanksi hipotetis yang dijatuhkan oleh Presiden AS Joe Biden.
Selama konferensi pers pada hari Kamis (3/2), Price mengklaim AS memiliki “berbagai alat yang dapat kami terapkan jika kami melihat perusahaan asing, termasuk yang ada di China, melakukan yang terbaik untuk mengisi kembali tindakan kontrol ekspor AS, untuk menghindarinya, atau menyiasatinya .”
“Jika Rusia berpikir bahwa itu akan berada dalam posisi… untuk mengurangi beberapa konsekuensi itu, dengan hubungan yang lebih dekat dengan [China], itu tidak terjadi. Ini sebenarnya akan membuat ekonomi Rusia, dalam banyak hal, lebih rapuh,” ungkap Price memperingatkan, seperti dilansir dari RT, Jumat (4/2).
Pernyataan tersebut mengacu pada sanksi hipotetis AS terhadap Moskow atas invasi hipotetis Rusia ke Ukraina.
Sementara itu, Price terus memperingatkan bahwa Rusia tidak dapat bertahan tanpa Barat, dengan mengklaim bahwa “jika Anda menyangkal kemampuan untuk bertransaksi dengan Barat, mengimpor dengan Barat, dari Eropa, dari Amerika Serikat, Anda akan menurunkan kapasitas produktif Anda secara signifikan dan potensi inovatif Anda.”
Dalam konferensi pers yang sama, Price mengklaim memiliki bukti intelijen AS bahwa Rusia merencanakan serangan bendera palsu di Ukraina untuk membenarkan invasi ke negara itu.
Namun, Price dimarahi oleh seorang jurnalis AP karena menolak memberikan satu bukti pun kepada publik untuk membenarkan klaim tersebut.
Di sisi lain, Moskow telah berulang kali menolak tuduhan bahwa mereka merencanakan invasi ke Ukraina sebagai “histeria” dan “berita palsu”, dan bahkan Kiev pada satu titik telah mengkritik pejabat dan media Barat karena merusak ekonominya dengan ketakutan terus-menerus tentang perang yang “sudah dekat”.
(Resa/RT)