ISLAMTODAY ID – Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mengatakan bahwa jumlah pelanggaran gencatan senjata di wilayah separatis Ukraina sama dengan jumlah yang dilaporkan sebelum Juli 2020, tanggal kesepakatan untuk memperkuat gencatan senjata.
Pengamat dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mengatakan mereka telah melihat peningkatan yang signifikan dalam jumlah serangan di sepanjang garis depan di Ukraina timur.
“Dalam beberapa hari terakhir, Pemantauan Khusus OSCE ke Ukraina (SMM) telah mengamati peningkatan dramatis dalam aktivitas kinetik di sepanjang garis kontak di Ukraina timur,” ungkap OSCE dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (19/2) pagi, seperti dilansir dari TRTWorld, Sabtu (19/2).
Kekerasan telah surut dan mengalir di sepanjang perbatasan timur, di mana Kiev telah terkunci dalam konflik dengan pemberontak yang didukung Moskow selama hampir delapan tahun.
Dengan Washington bersikeras bahwa Rusia telah mengepung tetangganya yang pro-Barat dan berencana untuk menyerang dalam beberapa hari mendatang, situasi di lapangan menjadi semakin tidak stabil.
Ratusan Pelanggaran di Wilayah Donetsk, Luhansk
OSCE menambahkan bahwa jumlah pelanggaran gencatan senjata sama dengan jumlah yang dilaporkan sebelum kesepakatan Juli 2020 untuk memperkuat gencatan senjata.
OSCE melaporkan telah terjadi 222 pelanggaran gencatan senjata untuk wilayah Donetsk pada Kamis (17/2), termasuk 135 ledakan, naik dari 189 pada hari sebelumnya dan 24 pada Selasa.
Untuk wilayah Luhansk, dilaporkan 648 pelanggaran, termasuk 519 ledakan, naik dari 402 hari sebelumnya dan 129 pada Selasa.
Pemantau itu meminta kedua belah pihak “untuk secara ketat mematuhi semua komitmen yang telah mereka buat, dan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mengurangi ketegangan dan bekerja menuju de-eskalasi segera untuk kepentingan kehidupan warga sipil yang tidak bersalah,” ungkap pernyataan itu.
OSCE, yang mencakup Rusia dan Amerika Serikat sebagai negara anggota, mengerahkan misi pemantau perdamaiannya di Ukraina pada tahun 2014 menyusul pencaplokan Krimea oleh Moskow.
Konflik bersenjata antara Kiev dan separatis pro-Rusia di timur negara itu telah merenggut lebih dari 14.000 nyawa.
(Resa/TRTWorld)