ISLAMTODAY ID – Di bawah konvensi Montreux 1936, Turki mengontrol jalur kapal antara Laut Hitam dan Mediterania.
Beberapa jam setelah Rusia meluncurkan serangan ke Ukraina pada hari Kamis (24/2), Kyiv meminta Turki untuk menutup selat Bosphorus dan Dardanelles bagi kapal-kapal Rusia.
Berdasarkan Konvensi Montreux 1936, Turki memiliki kendali atas lintas kapal antara Mediterania dan Laut Hitam, menjadikannya pemain penting dalam konflik saat ini antara Ukraina dan Rusia.
Berikut ini lebih lanjut tentang konvensi dan implikasinya terhadap konflik Rusia-Ukraina, seperti dilansir dari MEE, Kamis (24/2).:
Isi Konvensi
Pada tahun 1936, kekuatan dunia termasuk Inggris, Uni Soviet, dan Prancis sepakat di Montreux, Swiss bahwa Turki akan menguasai Bosphorus dan Dardanelles sebagai akibat kedekatannya dengan Rusia, Ukraina, Rumania, Bulgaria, dan Georgia di Laut Hitam.
Selain kontrol selat, konvensi tersebut memberikan Turki kekuatan untuk mengatur transit kapal perang angkatan laut, termasuk menutup selat untuk semua kapal perang asing selama masa perang.
Turki juga dapat menolak masuk ke kapal dagang jika mereka berasal dari negara yang berperang dengan Ankara.
Semua negara Laut Hitam, termasuk Rusia, Ukraina, Bulgaria, Rumania, dan Georgia, yang ingin mengirim kapal melalui selat itu harus memberi tahu Turki delapan hari sebelumnya.
Sebagai perbandingan, negara-negara non-Laut Hitam harus memberi tahu 15 hari sebelumnya.
Namun, negara-negara Laut Hitam dapat mengirim kapal selam tanpa pemberitahuan sebelumnya, selama kapal selam itu dibuat, dibeli, atau dikirim untuk diperbaiki di luar Laut Hitam.
Pemerintah Turki juga harus mengizinkan pesawat jika mereka menyeberang selat.
Selama Perang Dunia Kedua, konvensi tersebut mencegah kekuatan Poros mengirim pasukan angkatan laut melalui selat untuk menyerang Uni Soviet.
Sikap Turki Sejauh Ini
Ketika ketegangan meningkat dalam beberapa pekan terakhir antara Ukraina dan Rusia, Turki mengatakan bahwa konveksi Montreux berperan penting dalam menjaga perdamaian regional.
Presiden Recep Tayyip Erdogan telah mengatakan bahwa Turki akan melakukan apa pun yang diperlukan sebagai sekutu NATO jika Rusia menyerang – tanpa penjelasan lebih lanjut.
Sementara Turki bergantung pada Rusia untuk energi dan pariwisata dan telah mengembangkan kerja sama yang erat dengan Moskow dalam beberapa tahun terakhir, Turki juga telah menjual pesawat tak berawak ke Ukraina dan menyebut langkah Rusia melawan Ukraina tidak dapat diterima.
Tetapi Erdogan mengatakan bahwa Turki akan mencoba untuk mengelola konflik antara kedua negara tanpa meninggalkan hubungan dengan Rusia atau Ukraina.
(Resa/MEE)