ISLAMTODAY ID – Menurut Kementerian Pertahanan Ukraina, militan ultranasionalis Ukraina diduga merusak reaktor nuklir eksperimental kecil di Institut Fisika dan Teknologi (KIPT) dengan bahan peledak.
Lembaga keamanan dalam negeri Ukraina, SBU, diduga bersekongkol dengan para pejuang batalion Azov untuk melancarkan serangan bendera palsu di Kharkov, kata Kementerian Pertahanan di Moskow pada Ahad (6/3) malam.
Operasi bendera palsu yang dimaksud adalah tindakan mencari kambing hitam dengan menuduh Moskow.
“SBU dan gerilyawan batalyon Azov berencana meledakkan reaktor dan menuduh Angkatan Bersenjata Rusia meluncurkan serangan rudal ke fasilitas nuklir eksperimental,” ungkap kementerian dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari RT, Senin (7/3).
Lebih lanjut, kementerian tersebut memperingatkan risiko kontaminasi radioaktif jika insiden bendera palsu (operasi kambing hitam) seperti itu terjadi.
Sebelumnya pada hari Ahad (6/3), Kementerian Dalam Negeri Ukraina telah menuduh pasukan Rusia menembaki kota, mengklaim bahwa setidaknya satu proyektil menghantam KIPT, yang menampung reaktor sumber neutron eksperimental dengan “37 elemen bahan bakar nuklir dimuat ke zona aktifnya.”
Dalam posting Facebook-nya, dinas keamanan juga membagikan beberapa video tentang apa yang diklaim sebagai beberapa peluncur roket Grad yang menghantam perimeter dan merusak sisi gedung.
Tidak ada laporan tentang kontaminasi radioaktif atau kebocoran dari dugaan insiden di Kharkov, tetapi Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina Emine Dzheppar mentweet bahwa “penghancuran instalasi dan cadangan bahan nuklir dapat menyebabkan bencana teknologi dan ekologi yang besar”, dan menuduh Rusia “kejahatan perang.”
Tuduhan baru muncul setelah baku tembak dan kebakaran di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhskaya Ukraina pada 4 Maret, yang memicu kekhawatiran dunia dan tuduhan bahwa Rusia mempertaruhkan bencana nuklir.
Kiev dan Moskow saling menuduh memprovokasi situasi.
“Upaya untuk menyalahkan militer Rusia atas insiden ini adalah bagian dari kampanye propaganda sinis,” ungkap Presiden Vladimir Putin pada hari Ahad (6/3), menurut sebuah pernyataan dari Kremlin.
Putin juga menanggapi saran Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional Rafael Mariano Grossi untuk mengadakan pertemuan trilateral (IAEA, Ukraina dan Rusia) di zona Chernobyl.
Dia mencatat bahwa “pada prinsipnya ide ini dapat berguna” tetapi menyarankan akan lebih baik untuk mengadakan pertemuan “melalui konferensi video atau di negara ketiga”.
“Keamanan fisik dan nuklir” pembangkit Zaporozhskaya dijaga oleh pasukan Rusia bekerja sama dengan keamanan dan personel Ukraina, ujar Putin.
Lebih lanjut, Putin menambahkan bahwa pasukan Rusia tetap mengendalikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl – lokasi bencana nuklir terbesar di sejarah.
“Semua ini dilakukan untuk mengecualikan kemungkinan provokasi yang penuh dengan konsekuensi bencana oleh neo-Nazi atau teroris Ukraina,” ungkap Kremlin.
(Resa/RT)