ISLAMTODAY ID- Presiden Nicolas Maduro mengecam upaya AS untuk memulai “perang besar” dengan Moskow.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh Barat berusaha “memotong” Rusia di tengah sanksi besar-besaran terhadap Moskow atas kampanye militernya di Ukraina.
Untuk diketahui, Negara Maduro telah hidup di bawah embargo besar AS sejak tahun 2019.
“Mereka berbaris, secara ekonomi, politik, dan diplomatik [di Barat] untuk perang besar melawan Rusia. Dari Venezuela, kami mengecamnya,” ungkap Maduro dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Jumat.
“Mereka ingin perang memecah belah Rusia, menghancurkannya berkeping-keping dan mengakhiri harapan dunia multipolar di mana kita semua bisa hidup,” ujarnya seperti dilansir dari RT, Sabtu (9/4).
Negara Amerika Selatan itu mengutuk pemungutan suara Kamis (7/4) di Majelis Umum PBB untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia organisasi global itu.
Menteri Luar Negeri Felix Plasencia mengatakan langkah itu “menghancurkan jembatan” yang diperlukan untuk dialog dan “sangat mengancam keamanan, ketertiban, dan perdamaian global”.
AS memberlakukan beberapa putaran sanksi terhadap Venezuela, antara lain memukul industri minyaknya.
Washington secara terbuka mendukung lawan politik Maduro, Juan Guaido, sementara Maduro menuduh Barat berusaha menggulingkannya dari kekuasaan.
Banyak negara, termasuk NATO dan negara-negara anggota UE, memberlakukan sanksi terhadap Moskow sebagai tanggapan atas kampanye militernya di Ukraina.
Moskow menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Rusia pada republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Rusia sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(Resa/RT)