ISLAMTODAY ID- Setidaknya 1.900 anak balita di wilayah Tigray meninggal karena kekurangan gizi.
Tercatat antara Juni tahun lalu dan 1 April jumlahnya mendekati 2.000, kemungkinan lebih tinggi karena sebagian besar kematian akibat kelaparan tidak tercatat.
Jumlah sebenarnya kematian anak akibat kekurangan gizi kemungkinan lebih tinggi karena sebagian besar keluarga tidak dapat membawa anak-anak mereka ke pusat kesehatan karena tantangan transportasi, kata seorang dokter yang terlibat dalam penelitian tersebut.
“Karena kami tidak dapat mengakses sebagian besar wilayah, kami tidak tahu apa yang terjadi di tingkat masyarakat,” ungkap dokter yang anonim, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (21/4).
“Ini hanyalah kematian yang berhasil kami catat di fasilitas kesehatan,” karena sebagian besar kematian karena kelaparan tidak tercatat, katanya.
Tigray Barat, yang berada di bawah kendali pasukan dari wilayah Amhara yang berdekatan, tidak dimasukkan dalam survei.
Gencatan Senjata Kemanusiaan
Tigray telah terputus dari seluruh Ethiopia sejak Juni ketika pemberontak dari Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), sebuah kelompok yang dilarang oleh otoritas Ethiopia, merebut kembali sebagian besar wilayah itu ketika pasukan federal mundur.
Layanan perbankan, saluran telepon, dan sambungan jalan semuanya terputus di kawasan itu, sebuah situasi yang menurut PBB merupakan “blokade de facto.”
Pihak berwenang Ethiopia bersikeras tidak ada upaya yang disengaja untuk menargetkan warga sipil Tigrayan.
Mereka telah mendesak pemberontak Tigrayan untuk menyerah.
Lebih dari 90 persen dari 5,5 juta orang Tigray membutuhkan bantuan kemanusiaan, termasuk 115.000 anak-anak yang kekurangan gizi parah, menurut angka PBB.
Anak-anak dari keluarga yang tinggal di daerah perkotaan sangat berisiko kekurangan gizi, karena orang tua mereka tidak memiliki lahan pertanian untuk menanam makanan, kata pejabat kesehatan Tigrayan.
Sekitar 700.000 orang di Tigray berada dalam cengkeraman “kondisi seperti kelaparan” karena terhalangnya bantuan, para pejabat AS memperkirakan.
Pemerintah federal Ethiopia secara sepihak mendeklarasikan gencatan senjata kemanusiaan pada 24 Maret, sebuah pengumuman yang dikatakan akan memungkinkan bantuan mengalir ke Tigray.
Namun hampir satu bulan kemudian, hanya empat konvoi dari sekitar 80 truk makanan yang memasuki wilayah tersebut.
“Secara harfiah tidak ada yang berubah,” ungkap seorang pekerja bantuan yang baru-baru ini mengunjungi Tigray.
“Kami hanya melihat beberapa truk; truk-truk ini lebih baik daripada tidak sama sekali tetapi mereka tidak akan memberi makan jutaan orang yang membutuhkan bantuan (di Tigray).”
(Resa/TRTWorld)