ISLAMTODAY ID-Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan bahwa pada hari Jumat (6/5),18 jet Angkatan Udara PLA China melanggar zona identifikasi pertahanan udaranya dalam apa yang digambarkan sebagai pelanggaran terbesar dalam lebih dari tiga bulan.
Koresponden Fox News Pentagon, Lucas Tomlinson, mengamati, “China menggebrak Taiwan dengan kontingen jet tempur dan pembom terbesar dalam lebih dari 3 bulan sehari setelah PM Jepang mengunjungi 10 Downing Street dan menjelang perjalanan Biden ke Asia Timur akhir bulan ini.”
Seperti tipikal pelanggaran semacam itu, yang selama dua tahun terakhir menjadi semakin sering terjadi, terjadi setiap minggu, angkatan udara Taiwan mengerahkan pesawat tempurnya sendiri untuk memperingatkan jet PLA.
Serangan baru ini melibatkan enam pesawat tempur J-11 dan enam J-16 China yang mengawal sepasang pembom H-6, menurut kementerian pertahanan.
Dan Reuters menggarisbawahi bahwa saat ini Taiwan dalam “kewaspadaan yang tinggi karena kekhawatiran China dapat menggunakan invasi Rusia ke Ukraina untuk membuat langkah militer serupa di pulau itu, meskipun pemerintah Taipei belum melaporkan tanda-tanda apa pun yang akan diserang Beijing.”
“Jumlah pesawat yang terlibat jauh dari serangan skala besar terakhir, 39 pesawat China pada 23 Januari, dan sejak itu, jalan pintas dengan pesawat jauh lebih sedikit,” ungkap laporan tersebut, seperti dilansir dari ZeroHegde, Sabtu (7/5).
Mulai awal 2021, penerbangan semacam itu meningkat hampir setiap hari, dengan laporan sebelumnya mengutip pakar pertahanan yang mengatakan “peningkatan operasi ditujukan untuk menormalkan serangan”.
Setelah dimulainya invasi Ukraina Februari, Beijing menyatakan penolakannya terhadap perbandingan Ukraina dan Taiwan yang keluar dari AS dan Eropa.
Selain itu, juga menekankan bahwa China telah menetapkan bahwa pulau itu miliknya, juga menerapkan kebijakan ‘Satu China’ yang disepakati untuk di barat.
Sejak itu, banyak pejabat Barat menyatakan ketakutan akan skenario yang muncul di mana Moskow dan Beijing semakin bertindak secara bersama-sama.
Selain itu juga karena China telah membuat frustrasi Washington dalam penolakannya untuk mengutuk agresi Rusia di Ukraina.
(Resa/ZeroHedge)