ISLAMTODAY ID-Artikel ini ditulis oleh Dave DeCamp melalui AntiWar.com, dengan judul Putin Says Western Sanctions Speeding Up Russia-Belarus Unification.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari Jumat (1/7) bahwa sanksi dan tekanan lain dari Barat telah mempercepat “proses penyatuan” untuk Rusia dan Belarus.
Kedua negara menandatangani perjanjian integrasi pada tahun 1997. Prosesnya telah dipercepat sejak AS dan sekutunya menolak hasil pemilihan presiden Belarusia 2020 yang membuat Alexander Lukashenko memenangkan masa jabatan lagi.
Setelah pemilihan, AS dan UE mulai menjatuhkan sanksi terhadap Belarus dan memberikan dukungan di belakang seorang pemimpin oposisi yang diasingkan.
Akibatnya, Lukashenko semakin dekat dengan Putin, dan Rusia mampu meluncurkan fase awal invasinya ke Ukraina dari wilayah Belarusia.
Sejak invasi, Barat telah menargetkan Belarus dengan sanksi yang sama dengan yang dijatuhkan Rusia.
Putin mengatakan tekanan itu “mendorong kami untuk mempercepat proses penyatuan”.
“Bagaimanapun, bertindak bersama lebih mudah untuk meminimalkan kerusakan akibat sanksi ilegal, lebih mudah untuk memulai produksi produk yang diminati, mengembangkan kompetensi baru, dan memperluas kerja sama dengan negara-negara sahabat,” ungkap pemimpin Rusia itu.
Berdasarkan perjanjian 1997, yang dikenal sebagai Negara Persatuan, Rusia dan Belarus akan tetap menjadi negara berdaulat yang terpisah, tetapi orang yang tinggal di masing-masing negara akan mendapatkan kewarganegaraan untuk negara lain dan dapat bepergian dengan bebas.
Rusia dan Belarusia juga meningkatkan kerja sama militer, dan Putin mengatakan minggu ini bahwa dia akan mengirim rudal Iskander-M berkemampuan nuklir ke wilayah Belarusia.
Putin juga berencana untuk membantu Belarus meningkatkan jet tempurnya, sehingga mereka mampu membawa senjata nuklir.
(Resa/ZeroHedge)