ISLAMTODAY ID-Para pengunjuk rasa Sri Lanka yang menduduki kediaman Presiden Gotabaya Rajapaksa di ibu kota Kolombo bertekad tidak akan meninggalkan tempat itu sampai Rajapaksa lengser.
Tindakan tersebut telah memaksa Rajapaksa untuk melarikan diri dengan angkatan laut dan mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri.
“Perjuangan kami belum berakhir,” ungkap pemimpin mahasiswa Lahiru Weerasekara kepada wartawan pada hari Minggu, sehari setelah Rajapaksa, yang saat ini berlindung di sebuah kapal lepas pantai, mengatakan dia akan mengundurkan diri pada hari Rabu.
“Kami tidak akan menyerah pada perjuangan ini sampai dia benar-benar pergi,” ujar Weerasekara, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (11/7).
Peristiwa dramatis pada hari Sabtu (9/7) adalah puncak dari protes berbulan-bulan oleh masyarakat yang marah karena krisis ekonomi dan korupsi yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara kepulauan Asia Selatan itu.
Ratusan ribu orang berkumpul di Kolombo menuntut Rajapaksa bertanggung jawab atas kekurangan obat-obatan, makanan, dan bahan bakar yang telah membuat ekonomi yang dulunya relatif kaya bertekuk lutut dan menyebabkan kesengsaraan bagi rakyat biasa.
Setelah menyerbu gerbang istana kepresidenan era kolonial, pengunjuk rasa duduk-duduk di kamar mewahnya, berguling ke kolam kompleks dan mengobrak-abrik pakaian Rajapaksa.
Di menara jam dekat istana, para aktivis menggantung patung Rajapaksa pada Ahad (10/7) malam saat ribuan penonton bersorak.
Jalan-jalan menuju istana penuh sesak dengan orang-orang, beberapa membawa balita dan mendorong orang tua.
Pasukan telah melepaskan tembakan ke udara untuk membantu Rajapaksa melarikan diri pada hari Sabtu (9/7).
Presiden kemudian menaiki kapal angkatan laut yang berlayar ke perairan selatan pulau yang aman.
Kemewahan Pemimpin
Pada hari Ahad (10/7), istana kepresidenan bebas untuk semua orang, dengan anak-anak dan orang tua bermain piano besar, mengagumi karya seni yang mahal, berpiknik dan bergiliran duduk di kursi presiden.
“Ketika para pemimpin hidup dalam kemewahan seperti itu, mereka tidak tahu bagaimana rakyat jelata mengaturnya,” ungkap biksu Buddha Sri Sumeda.
“Ini menunjukkan apa yang bisa dilakukan ketika orang memutuskan untuk menggunakan kekuasaan mereka.”
Kantor dekat tepi laut Rajapaksa juga diserbu pada hari Sabtu (9/7), dan kediaman Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dibakar bahkan setelah dia juga menawarkan diri untuk mengundurkan diri.
Polisi mengatakan mereka menangkap tiga pria sehubungan dengan serangan pembakaran di rumah perdana menteri.
Pemerintah yang bangkrut telah gagal membayar utang luar negerinya senilai USD 51 miliar dan sedang mencari dana talangan Dana Moneter Internasional.
IMF mengatakan pada hari Ahad (10/7) bahwa mereka berharap untuk “resolusi situasi saat ini yang akan memungkinkan dimulainya kembali dialog kita”.
(Resa/TRTWorld)