ISLAMTODAY ID-Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir dan perang seperti itu tidak boleh dimulai.
Komentar tersebut termuat dalam sebuah surat kepada peserta konferensi PBB tentang perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT).
“Kami melanjutkan dari fakta bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh dimulai, dan kami mendukung keamanan yang setara dan tak terpisahkan untuk semua anggota komunitas dunia,” ungkapnya, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (2/8).
PBB mengadakan konferensi tinjauan ke-10 dari perjanjian itu yang mulai berlaku pada tahun 1970.
Tinjauan tersebut diadakan di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang penyebaran teknologi nuklir, terutama di Iran dan Korea Utara, dan ekspansi cepat persenjataan nuklir China.
Surat Putin ke forum NPT tampaknya ditujukan untuk memberikan catatan yang meyakinkan dan menggambarkan Rusia sebagai kekuatan nuklir yang bertanggung jawab.
Mereka kontras dengan pernyataan sebelumnya oleh Putin dan politisi Rusia lainnya yang telah ditafsirkan di Barat sebagai ancaman nuklir implisit.
Kerangka Kerja Baru Biden
Dalam pidato pada 24 Februari, saat ia meluncurkan serangan Rusia ke Ukraina, Putin dengan tajam merujuk pada persenjataan nuklir Rusia dan memperingatkan kekuatan luar bahwa setiap upaya untuk ikut campur akan “mengarahkan Anda pada konsekuensi yang belum pernah Anda temui dalam sejarah.”
Beberapa hari kemudian, dia memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk waspada.
Konflik tersebut telah meningkatkan ketegangan geopolitik ke tingkat yang tidak terlihat sejak Krisis Rudal Kuba 1962.
Bahkan, politisi di Rusia dan Amerika Serikat berbicara secara terbuka tentang risiko Perang Dunia Ketiga.
Direktur CIA William Burns mengatakan pada bulan April bahwa mengingat kemunduran yang dialami Rusia di Ukraina, “tidak seorang pun dari kita dapat menganggap enteng ancaman yang ditimbulkan oleh potensi penggunaan senjata nuklir taktis atau senjata nuklir hasil rendah.”
Rusia menuduh Barat melancarkan “perang proksi” melawannya dengan mempersenjatai Ukraina dan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.
Untuk diketahui, Rusia sendiri memiliki kebijakan militer yang mengizinkan penggunaan senjata nuklir jika terjadi ancaman eksistensial terhadap negara.
Sebelumnya pada hari Senin (1/8), sumber kementerian luar negeri Rusia mempertanyakan keseriusan komentar oleh Presiden AS Joe Biden yang menyerukan pembicaraan tentang kerangka kontrol senjata nuklir untuk menggantikan perjanjian yang berakhir pada 2026.
Pada bulan April, Rusia melakukan uji peluncuran pertama rudal balistik antarbenua Sarmat yang baru.
Senjata tersebut diyakini mampu melakukan serangan nuklir terhadap Amerika Serikat.
Di sisi lain, Rusia mengatakan pihaknya berencana untuk menyebarkan senjata pada musim gugur.
(Resa/TRTWorld)