ISLAMTODAY ID-India menganggap aktivitas Beijing di Samudra Hindia sangat mencurigakan terutama yang menyangkut Sri Lanka.
Pada tahun 2014, negara kepulauan itu mengizinkan dua kapal selam China dan sebuah kapal perang untuk berlabuh di pelabuhan Kolombo.
Langkah ini mendorong New Delhi untuk mengirim pesan ketidaksenangan yang kuat kepada pihak berwenang Sri Lanka.
Sebuah kapal China, yang dilaporkan media India sebagai kapal mata-mata yang digunakan untuk melacak satelit musuh dan meluncurkan rudal balistik antarbenua, telah tiba di pelabuhan laut dalam selatan Sri Lanka, Hambantota.
New Delhi percaya bahwa kapal tersebut telah memasuki perairan Sri Lanka untuk mengintai aktivitas dan instalasi militer India, yang sangat penting untuk keamanannya di wilayah tersebut.
Sementara itu, China menegaskan bahwa Yuan Wang 5 adalah kapal penelitian dan saat ini sedang melakukan survei dan penelitian satelit di Kawasan Samudra Hindia (IOR).
Kapal itu awalnya harus tiba di pelabuhan Sri Lanka pada 11 Agustus, tetapi kunjungan itu ditunda karena kekhawatiran India.
Kementerian Luar Negeri Sri Lanka mengatakan bahwa kapal China diizinkan memasuki pelabuhan Hambantota hanya untuk tujuan pengisian barang dan pengisian bahan bakar, dan belum diberikan izin untuk melakukan penelitian ilmiah apa pun.
Di antara persyaratan Sri Lanka agar kapal berlabuh di pelabuhan adalah mengarahkan panglima tertingginya untuk tidak mematikan Sistem Identifikasi Otomatis kapal sampai berada di perairan Sri Lanka antara 16 dan 22 Agustus.
“Keamanan dan kerja sama di lingkungan menjadi prioritas utama dalam menangani masalah kapal China Yuan Wang 5,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Sri Lanka, seperti dilansir dari Sputniknews, Selasa (16/8).
“Pemerintah memperhatikan kepentingan semua pihak terkait, dan sejalan dengan prinsip persamaan kedaulatan negara,” tambah pernyataan itu.
Awal bulan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi, mengatakan akan memantau dengan cermat kunjungan kapal itu karena “berdampak pada kepentingan keamanan dan ekonomi India”.
(Resa/Sputniknews)