ISLAMTODAY ID-Menteri Luar Negeri Mali Abdoulaye Diop mengutuk apa yang disebutnya sebagai pelanggaran berulang dan sering di wilayah udaranya oleh pasukan Prancis.
Mali telah meminta pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan apa yang disebutnya “tindakan agresi” Prancis, termasuk dugaan spionase dan pelanggaran kedaulatan, dan menuduh Prancis mendukung kelompok-kelompok bersenjata.
Dalam sebuah surat yang dilihat pada hari Rabu (17/8) oleh kantor berita AFP, Menteri Luar Negeri Abdoulaye Diop mengatakan kepada kepresidenan Dewan Keamanan China bahwa Mali “berhak untuk menggunakan pertahanan diri” jika tindakan Prancis tetap dilakukan, sesuai dengan Piagam PBB.
Dia juga mengatakan penerbangan dengan pesawat Prancis terlibat dalam “kegiatan yang dianggap sebagai spionase” dan menuduh Prancis melakukan intimidasi.
“Mali memiliki beberapa bukti bahwa pelanggaran mencolok wilayah udara Mali telah digunakan oleh Prancis untuk mengumpulkan intelijen untuk kepentingan kelompok teroris yang beroperasi di Sahel dan untuk menjatuhkan senjata dan amunisi kepada mereka,” ungkap Diop dalam surat itu, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (18/8).
Pihak berwenang Prancis belum menanggapi tuduhan tersebut.
Pada hari Senin (15/8), tanggal surat itu, tentara Prancis terakhir berangkat dari Mali setelah sembilan tahun berjuang melawan pemberontakan.
Junta, yang merebut kekuasaan dalam kudeta Agustus 2020, telah berpaling dari Prancis, sekutu tradisionalnya dan bekas kekuatan kolonial, dan menuju Rusia.
Mali “mengundang” Dewan Keamanan untuk memastikan bahwa Prancis “segera menghentikan tindakan agresinya,” ungkap Diop.
Surat itu meminta kepresidenan China untuk mengomunikasikan rincian ini kepada anggota dewan dengan harapan dapat mengatur pertemuan darurat.
(Resa/TRTWorld)