ISLAMTODAY ID-Wilayah antara Australia dan Afrika bagian selatan tidak memiliki sensor kesadaran situasi ruang, menimbulkan kesulitan bagi militer India, yang menghadapi persaingan dari China di Samudra Hindia dan sepanjang 3.488 km Garis Kontrol Aktual.
Observatorium kesadaran situasional ruang komersial pertama India di Uttarakhand, negara bagian Himalaya yang berbatasan dengan Tibet, akan meningkatkan “efektivitas pelacakan dan pengidentifikasian objek ruang angkasa yang sudah ada sebelumnya” di wilayah Australia hingga Afrika selatan.
Area tersebut tidak memiliki sensor kesadaran situasional ruang (SSA).
“Ini akan menghasilkan pembuatan kumpulan data hibrida yang akan melayani sektor komersial dan pertahanan industri luar angkasa,” ungkap Anirudh Sharma, CEO perusahaan rintisan India Digantara, mengatakan pada hari Senin (22/8).
Observatorium SSA dapat melacak objek sekecil 10 cm yang mengorbit Bumi.
Selain mendapatkan data berkualitas tinggi tentang puing-puing luar angkasa, India akan mendapatkan kemampuan asli untuk memantau “satelit China” yang melayang di atas anak benua India.
“Jika, misalnya, satelit China terlihat di satu wilayah tertentu di India untuk waktu yang lama, memiliki kemampuan asli untuk memantau kegiatan tersebut dan tidak bergantung pada negara seperti AS merupakan nilai tambah bagi India,” ungkap Sharma, seperti dilansir dari Sputniknes, Selasa (23/8).
Jenderal David Thompson, wakil kepala Operasi Luar Angkasa untuk Angkatan Luar Angkasa AS, memperkirakan bahwa kemampuan luar angkasa China dapat melampaui AS pada tahun 2030.
Antara 2016-2021, China melakukan 207 misi peluncuran, termasuk 183 oleh seri roket pembawa Long March.
Di puncak ketegangan perbatasan dengan India terkait bentrokan Galwan pada tahun 2020, China dilaporkan meluncurkan tiga satelit mata-mata untuk tujuan militer.
Angkatan Darat India tidak memiliki satelit khusus dan saat ini bergantung pada data yang dipasok oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut.
Bulan lalu, Angkatan Darat India melakukan “Exercise Skylight” pan-India selama dua minggu untuk mengevaluasi kesiapan tempur aset ruang angkasanya.
(Resa/Sputniknews)