ISLAMTODAY ID-Pentagon mengatakan pihaknya membom gerilyawan yang terkait dengan Teheran untuk melindungi pasukan AS di Suriah.
Militer AS meluncurkan beberapa serangan udara pada sasaran di Suriah timur.
Mereka menyerang situs pejuang Iran yang diduga dalang serangan pesawat tak berawak di pangkalan Amerika awal bulan ini.
Komando Pusat AS (CENTCOM) mengumumkan operasi tersebut dalam sebuah pernyataan pada Selasa (23/8) malam, mengatakan pasukan AS melakukan sejumlah “serangan udara presisi” di Deir ez-Zor, Suriah pada hari sebelumnya.
“Serangan AS menargetkan fasilitas infrastruktur yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran,” ungkap perintah tersebut, seperti dilansir dari RT, Rabu (24/8).
“Serangan presisi ini dimaksudkan untuk mempertahankan dan melindungi pasukan AS dari serangan seperti yang terjadi pada 15 Agustus terhadap personel AS oleh Iran,” ungkapnya menambahkan.
Pernyataan itu tidak mengidentifikasi salah satu target dalam serangan itu atau menawarkan perkiraan korban.
Menurut militer, insiden 15 Agustus yang dikutip oleh CENTCOM melihat beberapa drone tak dikenal turun ke pos terdepan AS di Al-Tanf, sebuah garnisun terpencil di Suriah selatan dekat perbatasan tiga arah dengan Yordania dan Irak.
Pesawat tak berawak itu tidak menimbulkan korban, tetapi seorang komandan senior AS tetap menyatakan serangan itu “membahayakan nyawa warga sipil Suriah yang tidak bersalah.”
Sebelum menyatakan bahwa “kelompok yang didukung Iran” berada di belakang drone pada hari Selasa, Washington tidak menyalahkan aktor mana pun.
Sementara CENTCOM menegaskan kembali bahwa pasukan AS tetap berada di Suriah untuk “memastikan kekalahan abadi” Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS) dan tidak “mencari konflik”.
Di sisi lain, pemerintah Suriah telah berulang kali mengecam kehadiran Amerika dan menuntut agar pasukan AS mengosongkan negara itu.
Selain pangkalan di Al-Tanf, Amerika telah lama bergabung dengan pejuang Kurdi yang berbasis di timur laut Suriah, pertama kali ditempatkan sebagai penasihat di bawah Presiden Barack Obama.
Sementara itu, hingga Selasa malam, baik Damaskus maupun Teheran belum menanggapi operasi terbaru AS.
(Resa/RT)