ISLAMTODAY ID-Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan beberapa negara anggota NATO juga berusaha untuk menyabotase kesepakatan ekspor gandum.
Melalui media Turki Haber Global, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu menyatakan bahwa beberapa negara Barat “ingin perang berlanjut,” menambahkan bahwa itu bukan hanya AS, tetapi juga segelintir anggota NATO. Selain itu, dia tidak menyebutkan negara bagian tertentu.
“Ada juga yang ingin menyabotase kesepakatan biji-bijian,” ungkapnya, seperti dilansir dari RT, Selasa (23/8).
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa AS tidak ada hubungannya dengan upaya ini dan sebenarnya membantu.
“Kontribusi AS adalah sebagai berikut: penghapusan hambatan ekspor untuk pupuk Rusia, membuka blokir pelabuhan, [mencabut pembatasan] transaksi perbankan, dll. Tetapi beberapa negara dari Eropa ingin menyabotnya,” ujarnya.
Hal ini menandakan bahwa Turki terus berusaha agar kesepakatan gandum ditegakkan.
Perjanjian untuk membuka blokir ekspor biji-bijian melalui Laut Hitam ditandatangani oleh Moskow dan Rusia pada pembicaraan yang ditengahi PBB di Istanbul pada akhir Juli, dan bertujuan untuk mempertahankan rute transit yang aman.
Perjanjian tersebut juga seharusnya memungkinkan Rusia untuk mengirimkan pupuk dan produk makanan ke pasar global.
Selain itu, banyak ahli dan pejabat menganggap perjanjian itu berperan penting dalam mengurangi masalah keamanan pangan global.
Pengiriman gandum dari Ukraina, produsen utama, terganggu setelah Rusia meluncurkan operasi militernya di negara tetangga pada akhir Februari. Kedua belah pihak saling menyalahkan karena menyebabkan krisis.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh AS berusaha memperpanjang konflik Ukraina dengan “memompa rezim Kiev dengan senjata, termasuk senjata berat.”
Putin menyatakan bahwa Ukraina telah diberi peran sebagai “makanan meriam” dalam “proyek anti-Rusia” Washington.
Presiden juga mengatakan bahwa Moskow melancarkan serangannya di Ukraina untuk “memastikan keamanan Rusia dan warganya, dan membela rakyat Donbass dari genosida.”
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada bulan Juni bahwa NATO akan mendukung Ukraina “selama diperlukan” untuk memastikan Kiev tidak dikalahkan.
(Resa/RT)